-->
Judul : Tenggelamnya
Kapal Van der Wijck
Kapal Van der Wijck
Pemeran : Pevita Pearce,
Herjunot Ali, Reza Rahardian, Randy Nidji
Herjunot Ali, Reza Rahardian, Randy Nidji
Produser : Ram Soraya, Sunil
Soraya
Soraya
Produksi : Soraya Intercine
Films
Films
Jenis Film : Drama Romantis
Durasi : 165 menit
Tanggal Liris: 19 Desember 2013
Dalamnya Resensi Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Oleh: Nurul Fauziah
http://mutuku.blogdetik.com/2014/01/03/konyolnya-ending-film-tenggelamnya-kapal-van-der-wijck/ |
Cinta, selalu menjadi tema sentral yang menginspirasi banyak orang
untuk berkarya termasuk film. Tenggelamnya Kapal Van der Wicjk adalah salahsatu
karya film yang diadaptasi dari novel karangan Buya Hamka, berjudul sama, dan
sukses dirilis tanggal 19 Desember 2013. Berkisah tentang sepasang anak manusia
yang saling jatuh cinta, namun perjalanan kisah cinta tak semulus yang
diharapkan, kentalnya aturan adat dan istiadat setempat menjadi tembok besar
bersatunya hati mereka.
untuk berkarya termasuk film. Tenggelamnya Kapal Van der Wicjk adalah salahsatu
karya film yang diadaptasi dari novel karangan Buya Hamka, berjudul sama, dan
sukses dirilis tanggal 19 Desember 2013. Berkisah tentang sepasang anak manusia
yang saling jatuh cinta, namun perjalanan kisah cinta tak semulus yang
diharapkan, kentalnya aturan adat dan istiadat setempat menjadi tembok besar
bersatunya hati mereka.
Terkisahlah pemuda asal Makassar bernama Zainuddin yang memutuskan
merantau ke Batipuh, Padang Panjang, kampung halaman ayahnya selepas sekian
lama meyatim piatu dan hidup dibesarkan seorang pengasuh. Berbekal sebuah nama
keluarga ayah, Mande Jamilah.
Setibanya di Batipuh, Zainuddin begitu terpesona dengan lukisan alam,
tanah kelahiran ayahnya dan juga secara tak sengaja menyaksikan langsung
pancaran kecantikan, bunga desa, yang sedang melintas jalan kampong, pagi itu,
siapa lagi kalau bukan, Hajati. Cinta pada pandangan pertama pun terjadi.
tanah kelahiran ayahnya dan juga secara tak sengaja menyaksikan langsung
pancaran kecantikan, bunga desa, yang sedang melintas jalan kampong, pagi itu,
siapa lagi kalau bukan, Hajati. Cinta pada pandangan pertama pun terjadi.
Antara Hajati dan Zainuddin tanpa dikomandokan, hati mereka saling
terpaut satu sama lain. Surat demi surat pun tercipta. Pertemuan langsung saat
balas dan terima surat juga tak terhindarkan. Hingga hubungan terlarang
tersebut sampai ke pandangan dan telinga Datuk Rangkayo, mamak (paman) dari
Hajati. Orang yang paling berhak atas hidup Hajati setelah Ayah dan Ibu Hajati,
meninggal.
Kisah selanjutnya, nonton sendiri yeeeโฆ
Awal yang Datar
Keinginan untuk menonton film ini cukup besar tapi tidak sebesar
pemikiran pragmatisku, yang menganggap, ya sudahlah, tunggu versi download-nya
:D, lagi pula menonton film Indonesia mah sering ruginya, baru beberapa bulan
di bioskop eh ntar sudah ada tayang di televisi dah gitu tiket nonton sekarang
ya ampun ampunan mah harganya T_T, mending beli buku deh #curcol -_-โ Namun,
berdasarkan desakan seorang kakak, yang menurutnya menonton di bioskop dengan
layar 6 x 12 meter itu beda dari sekadar nonton di televise atau di layar
netbuk, maka jadilah daku memenuhi undangan nonton bareng si kakak.
pemikiran pragmatisku, yang menganggap, ya sudahlah, tunggu versi download-nya
:D, lagi pula menonton film Indonesia mah sering ruginya, baru beberapa bulan
di bioskop eh ntar sudah ada tayang di televisi dah gitu tiket nonton sekarang
ya ampun ampunan mah harganya T_T, mending beli buku deh #curcol -_-โ Namun,
berdasarkan desakan seorang kakak, yang menurutnya menonton di bioskop dengan
layar 6 x 12 meter itu beda dari sekadar nonton di televise atau di layar
netbuk, maka jadilah daku memenuhi undangan nonton bareng si kakak.
Here we goโฆ
Saat layar terkembang #jiaah macam nonton layar tancap ๐ sampai satu
jam pertama, daku akui, adegan demi adegan berjalan dataaarrr banget, hampir
tertidur, hoaamm. Mungkin yang bikin datar dan mata cepat mengantuk adalah, tone warna gambar yang berubah-ubah, setting Batipuh, tone
mendadak biru, setting Batavia dan
Surabaya beda lagi tone nya Tapi, yang bikin mata melek dan telinga
semriwing, adalah dialog yang digunakan oleh para pemain, diantarnya Zainuddin
yang diperankan oleh Herjunot Ali, cowok satu ini dipermak abis dan
berpenampilan se-cupu mungkin tapi teteup, ganteng #eh ๐ .
Herjunot Ali, menurutku cukup totalitas memerankan Zainuddin, mulai
dari dialog yang menggunakan aksen Bugis, sekilas terdengar seperti aksen
Batak, tapi setahuku, begitulah aksen Bugis, keras, tegas dan to the point serta santun, salut buat Bang Her #panggilansokakrabku
hahaha, setelah pendengaranku mencernanya, pasti gak mudah Bang Her melafal dan
belajar Bahasa Daerah suku Bugis T_T
Nah, kalau Pevita Pearce yang memerankan Hajati lain pula, awalnya agak
skeptis, kok bisa sih dia yang memerankan Hajati? Tapi pemirsah, Anda salah
menilai ๐ daku malah lebih dapet aktingnya Uni Pevita #eh aslinya dia Gadis
Minang gak sih? #googling
Cara bicaranya, pembawaannya yang datar dan nyaris tanpa ekspresi,
dialek Minangnya yang memang daku akui gak selebay dialek Bang Junot, tapi top
margotop buat akting, Pevita Pearce, berasa Hajati gue pas nonton TKVW T_T
#daku seolah merasakan apa yang dirasakan Hajati #Oh *mulai lebai si penulis
-_-โ , oke, back to normal ๐
Seiring perjalanan adegan demi adegan, akhirnya sampailah adegan,
sedih-sedihan T_T #sihiy adegan itu saat, Mamak (Paman) menasehati Hajati, ah
sampai disini, inilah yang daku kecewakan dengan adat L Dalam adat istiadat Minang, posisi seorang paman
memang memegang peranan teramat penting atas hajat hidup keponakannya, termasuk
masalah memilihkan jodoh.
Apa yang dikatakan Mamak itulah yang mesti dijalankan, sisi positifnya
adalah jiwa peduli seorang paman terhadap keponakan dalam adat istiadat Minang
sangatlah tinggi.
Maka, didapatlah dialog โngenesโ berikut ini dengan gubahan seperlunya,
soalnya takut salah bila menulis dalam Bahasa Minang, mengerti bila dilisankan,
kacau balau tiba menuliskannya hahaha #masalahnyo lah lamo indak pulang
kampuang dan cakap Minang
โCinta kami suci, makโ sambil berlutut dan suara parau, Hajati coba
jelaskan kepada Mamak perihal hubungannya dengan Zainuddin
โHey, Hajati, Cinta itu Khayal, Dongeng dalam Kitab, kau pikir akan
jadi apa hidupmu nanti bila menikah dengan orang yang tidak beradatโฆblaโฆblaโฆmiskinโฆblaโฆblaโฆkau
itu anak dari Datuk Rang Kayo, Dengarlah cakap mamakmu hari ini, dijamin indak
manyasal beko (nanti) di kemudian hari, malah kau yang akan batarimo kasih pada
mamakmu ini, mamak lah labiah tuo, labiah banyak makan garamโฆโ
Sebenarnya dialog-dialognya yang bikin daku ingin menonton ulang film
ini hehehe ๐ kena banget soalnya hahaha #ehm -_-โ
Nah, dari adegan tersebutlah, mulai, basah mataku hahaha, tapi belum
menderas, masih mendung. Adegan awal , masih dapat banget suasana kampung nan
tenang dan asri, cara pemuda pemudinya menjaga hubungan dan pandangan, kerenlah,
mantap ^_^ memasuki adegan yang lebih dalam, mulailahโฆ
Singkat cerita, Zainuddin bersebab darah Bugis-nya (padahal Ayahnya,
Minang pun ckckc, itulah ya kan rasisme tadi T_T, tak manusiawi awak dibuatnya)
dan hubungan terlarangnya dengan Hajati, diusir secara terhormat dari Batipuh. Sebelum
berpisah, Hajati menjumpai Zainuddin di tepi danau yang ada di Batipuh, lokasi
favorit Zainuddin kalau lagi nulis surat, disinilah mereka mengikat janji setia
#ciyee #uhuk, Hajati memberikan selendangnya sebagai azimat cinta mereka, dan
berjanji untuk terus menulis surat berkirim kabar. Sekian bulan kemudian , di surat
mereka kesekian, Zainuddin yang menuntut ilmu di Padang Panjang, menerima surat
bahwa Hajati akan ke Padang Panjang menonton Pacuan Kuda Tahunan, Zainuddin
senang alang kepalang.
Tibalah hari yang dinanti, Hajati pun sampai di rumah sahabatnya,
Azizah, orang Minang tapi ke Belanda-Belanda-an. Azizah ini adik dari Aziz diperankan
Reza Rahardian, bekerja di pemerintahan Belanda. Pertama kali lihat Hajati,
Aziz jatuh hati. Di awal rencana, Hajati ingin bertemu Zainuddin secara
sendiri, pada akhirnya, Hajati pergi dengan Aziz, Azizah dan teman-teman
Belanda Aziz, wew, Hajati dipermak abis, luntur mah penampilan Gadis Minang
dengan khas kerudung dan baju kurung.
Acting Reza Rahardian mah gak perlu diragukan lagi, the best actor ever lah, kalau ditatap
lama si Reza ini mirip adik lelakiku, Rizky ^_^ , cakepnya, brewoknya, #hadeh
#paket komplit dah *bisa dibungkus gak ya?* *Emang beli cireng, pakai
bungkusan?
* -_-โ
Adegan ini, sebenarnya illfeel
langsung dengan tokoh Hajati, selugu-lugunya gadis kampung, yang memegang betul
petuah guru mengaji di surau serta mengkaji Al Qurโan dan Hadits tentang tata
cara menutup aurat, tentulah dipegang teguh, tapi sekejap saja dirayu Azizah untuk
berpakaian gaun panjang tak berlengan,
mudah saja diterima Hajati dengan bujukan bahwa Zainuddin akan terpukau bila
Hajati berpenampilan seperti itu #help sutradara
Di Pacuan Kuda, melihat kebersamaan Hajati dan Aziz, Zainuddin pun
berprasangka, musnah sudah harapan bertemu dan mengobrol panjang dengan Hajati
sekadar menuntaskan rindu. Meski begitu, tak urung niat Zainuddin mempersunting
Hayati, maka melayanglah surat kepada Datuk Rangkayo untuk meminta Hajati
menjadi isteri. Namun, disaat yang sama, Aziz didesak orangtuanya untuk segera
menikah dengan alasan cukup umur dan demi menyudahi kehidupan hura-hura Aziz
selama ini.
Kirim-kiriman surat pun terjadi, perang batin antara keduanya mulai pecah,
Hajati bingung dengan posisi sulit, antara tidak ingin durhaka kepada Mamak
yang merawat dia selama ini jika menolak pinangan Aziz dan dengan kebahagiaan
dia bila bersama Zainuddin. Akhirnya dengan maksud menyelamatkan hati
Zainuddin, dan menyenangkan hati Mamak, pinangan Aziz-lah yang diterima Hajati.
Mendengar kabar, Hajati menerima lamaran Aziz, Zainuddin menulis surat
yang isinya begini:
โHajati, begitu mudahnya kau menerima pinangan Aziz, tak ingatkah
azimat cinta kita, kerudung yang kau berikan di tepi danau itu? Dan juga janji
kita? Bla bla bla โฆ ah, aku pikir ini semua hanyalah perkawinan kecantikan dan
harta sajaโฆTahukah kau seperti apa Aziz itu? Aku meminta Bang Muluk mencari
tahu dan ternyata Aziz adalah penjudi terkenal di kota ini, tak kau pikir ulang
lagi keputusanmu? #lupa gue apalagi -_-โ tapi inti suratnya begitulah
azimat cinta kita, kerudung yang kau berikan di tepi danau itu? Dan juga janji
kita? Bla bla bla โฆ ah, aku pikir ini semua hanyalah perkawinan kecantikan dan
harta sajaโฆTahukah kau seperti apa Aziz itu? Aku meminta Bang Muluk mencari
tahu dan ternyata Aziz adalah penjudi terkenal di kota ini, tak kau pikir ulang
lagi keputusanmu? #lupa gue apalagi -_-โ tapi inti suratnya begitulah
Dan Hajati pun membalasnya sebagai berikut, dan aku tahu #tsaah
sebenarnya Hajati berat memilih, tapi dia tidak punya pilihan T_T pada akhirnya
ia turut patuh kepada sang Mamak serta para tetua adat, meski dalam surat itu, Hajati menyampaikan bahwa
keputusan menikah dengan Aziz,
seolah-olah adalah murni keputusannya, padahal asli paksaan dari Ninik Mamak
Hajati T_T
โZainuddin, adapun perkawinan ini bukanlah perkawinan kecantikan dan
harta, perkawinan ini adalah benar adanya keputusanku, lupakan semua kenangan
kita, anggap saja kita tak pernah bertemuโ
Jengโฆjengโฆ
Pernikahan pun digelar, #aiih nonton adegan baralek, pengen pulang
kampung aja bawaannya hahaha, Bahasa Minang, suasana kampungnya itu nganenin
*_*
Selanjutnya? โฆ #sebentar, penulis ke warung dulu ya, beli Genset sachet
hahaha #penulis aneh
Ba cinto di awak, manikah di urang, ungkapan Minang ini passs banget
buat Zainuddin, Zainuddin patah hati, sodara-sodaraaa *toa*
Zainuddin mendekam di kamar, hampir dua bulan lamanya, tak nak makan,
tak nak hidup, ntah pun tak nak mandi, tak nak semuanye #lah kenapa ipin upin nyasar
kemari hahaha
Adegan Zai patah hati, non sense banget
buat aku, sepatah-patah hatinya orang, okelah ada yg bunuh diri, tapi orang
tipe Zainuddin, ilmu agamanya tinggi, keturunan terhormat pula di Makassar
sana, kok bisa? Se-drop itu? Se-stres begitu? Sampai berhalusinasi yang berlebihan,
masak Mantri Desa, lelaki, dikira Hajati? #hadeh, ya setidaknya meski
berhalusinasi, masihlah bisa membedakan mana laki-laki dan perempuan #jiaah sok
tahu gue, emang pernah ngalamin? :p Udah gitu, di adegan ini, Junot mulai
kehilangan arah, mulai mengalami disorientasi aksen, tapi gak sampai jadi
butiran debu #berat kali bahasanya :O. Menurut sebagian penonton adegan
halusinasi Zai dan bumbunya itu lucu, tapi bagiku, lebay, maksa.
Hajati dan Cinta, Gak Pernah Salah
Beberapa hari lalu sempat baca, dimana gitu, daku lupa yang jelas
bunyinya begini, Kalau kamu lagi ujian, lalu menemukan pertanyaan sulit yang
bila dijawab takut salah, maka, jawab saja CINTA, karena cinta gak pernah
salah, #hahaha begini nih kalau murid udah keracunan sinetron cinta-cintaan
yang ge je itu.
bunyinya begini, Kalau kamu lagi ujian, lalu menemukan pertanyaan sulit yang
bila dijawab takut salah, maka, jawab saja CINTA, karena cinta gak pernah
salah, #hahaha begini nih kalau murid udah keracunan sinetron cinta-cintaan
yang ge je itu.
Setelah puas membedah adegan demi adegan versi On The Spot, :p gak lah,
versi daku lah yang pendiem ini kalau lagi tidur :p , maka kita masuk ke
pembahasan pembelaan. Mau tau? Cekidot terus ^_^
versi daku lah yang pendiem ini kalau lagi tidur :p , maka kita masuk ke
pembahasan pembelaan. Mau tau? Cekidot terus ^_^
Dibeberapa adegan terakhir, air mataku mulai unstoppable #jiaah istilahnya, bayangin aja men, emang sih salah
juga, lagi kondisi hati terserak berani-beraninya nonton pilem beginian, makin
menjadilah, meradang, memerih #ooppp
Pernikahan Hajati dan Aziz, hambar adanya, Aziz tetap sibuk dengan
urusan kerja dan tentu saja judi, Hajati malah seperti hidup di sangkar emas, sedangkan Zainuddin terus berusaha bangkit
dari keterpurukan, Zainuddin bersama Bang Muluk, anak dari Keluarga yang
rumahnya jadi tempat menginap Zainuddin, memutuskan pergi ke Batavia (pelajaran
juga nih jenderal, kalau menyembuhkan luka patah hati, kudu totalitas men,
pergi sekalian nyebrang pulau, tapi salahnya gak bisa pindah planet pula -_-โ )
Zainuddin terus bersinar, agaknya ia mempraktekkan apa yang pernah
dibilang Helvy Tiana Rosa, ada dua keadaan yang membuat seseorang menjadi
penulis, Jatuh Cinta dan Patah Hati. Zainuddin jadi novelis terkenal, dengan
nama samaran โGoebahan Zโ, bahkan bonusnya lagi, Zai ditawari untuk mengurus
sebuah perusahaan penerbitan di Surabaya. Drastis, Zai dan Bang Muluk kaya
berat dah, by the way persahabatan
antara Zai dan Bang Muluk mirip kisah film India yang high recommended dah sepanjang zaman, Mann.
Lalu, seiring berjalannya waktu, di sebuah perhelatan opera, Aziz dan
Hajati diundang menonton, dan tak dinyana ternyata penulis naskah opera
tersebut adalah Zainuddin, Aziz pun tak canggung mengakrabkan diri lagi, bahkan
tanpa tedeng aling aling langsung minta bantuan berupa pinjaman uang demi
membayar utang, akibat gila judi.
Perlahan, keadaan Aziz dan Hajati makin parah, jatuh miskin, Aziz
kembali bermohon kepada Zai, mereka pun menumpang tinggal di rumah megah bak istana
milik Zai (ah, masih non sense juga,
di rentang waktu kisaran tahun 1930-an ada ya Inlander/pribumi bisa memiliki
rumah semegah itu? :O
Nah, saat satu atap inilah keadaan makin meruncing, termasuk urusan
perasaan.
Ah, kalian tahu wahai pembaca, sepanjang cerita, tampak sekali Zai lah
korban pengabaian cinta Hajati, padahal Hajati โlah korban sebenarnya, Hajati
masih cinta dengan Zai tapi bersebab adat dan patuh pada Mamak, Hajati
korbankan kebahagiaannya, kemudian masuk ke dunia pernikahan, gaya penampilan
Hajati berubah drastis, ondee, sebegitu Belandanya kah Aziz, sampai-sampai sejak
menikah Hajati nyaris tak pernah lagi terlihat berpenampilan kerudung dan baju
kurung. #sutradara mana sutradara. Hajati gak salah, Zai T_T plis deh!
Adegan terus mengerucut dan semakin pelik, ibarat benang yang udah
kelilit lilit, bersebab masalah yang bertubi, Aziz sakit, Aziz mohon tinggal di
rumah Zai beserta istri, dan pada akhirnya terusik juga harga diri Aziz sebagai
lelaki, sebaik sembuh, Aziz putuskan untuk cari kerja dan meninggalkan Hajati
di rumah Zai sampai Aziz dapat kerjaan, namun, karena tak tahan dengan kondisi yang ada, bukan cari
kerja, Aziz malah cari mati, ia ditemukan mati bunuh diri di kamar hotel.
Hajati shock.
Sebelum bunuh diri, Aziz sempatkan nulis surat yang isinya, *pokoknya
tokoh utama dalam film ini, penulis semua dah, bangga dong ๐ , penulis surat
^_^ *, โHajati, maafkan aku yang telah merampasmu dari Zainuddin, dengan ini
aku lepaskan engkau, bila masa iddahmu selesai, maka aku relakan Engkau bersatu
dengan Zainuddinโ.
Alahai, lagi-lagi pilihan sulit, disatu sisi, horeeeโฆAziz sudah
meninggal #loh kok? Gak sholehah banget jadi istri, T_T ya Allah, apakah ini
sensifitas si penulis review? #jedug2kan kepala ke tumpukan Roti Vanhollano,
tapi gak lah, Hajati-kan istri sholehah nan ikhlas, selang beberapa bulan,
akhirnya, Hajati beranikan diri mempertanyakan cinta Zainuddin, aku pun bila
jadi Hajati, tak nak juga tinggal satu atap dengan orang yang hatinya pernah
erat lekat di benak dan pikiran #daleeemmm
Dialog yang menguras air mata itu pun terjadi:
Ceritanya,Hajati mempertanyakan lagi cinta, Zai, dan tahu jawaban Zai
apa? Aih, disini air mataku dah kayak air terjun sipiso piso TT_TT
apa? Aih, disini air mataku dah kayak air terjun sipiso piso TT_TT
Zai luapkan semua amarah dan dendam, sebenarnya gak dendam juga, apa ya
namanya โkesesakan sebenar benarnya sesakโ, kurang lebih begini inti dialognya,
bahwa bagi Zai, Hajati itu sudah mati, Hajatinya yang dulu adalah yang teguh
menunggu lamaran Zai, tapi ternyata malah memilih lamaran Aziz (sampai disini
sebenarnya pengen nge-jitak Zai, gak tahu apa Hajati susah payah menolak
paksaan Ninik Mamak untuk menikah dengan Aziz, tapi karena adat harus dijunjung
tinggi, Hajati tak punya pilihan, salahkah Hajati? Haruskah ia pergi ke pantai
dan pecahkan piring?) dan sekarang Hajati yang di depan matanya adalah tidak
lebih dari istri sahabatnya, oooโฆmakin menjadilah tangisan si kawan tu, tapi
Zai terus meluapkan kesesakan hatinya, Hajati speechless hanya bisa berurai air mata.
โ
Tak mudah bagiku menerimamu lagi Hajati, aku hanya mengikuti apa yang kau
sampaikan dalam surat itu, bahwa aku harus melupakanmu, mengubur semua kenangan,
menganggap semua tak pernah terjadi, dan itulah yang aku lakukan Hajati, aku
lakukan permintaanmu, Hajati dan sekarang kau memintaku?, pantang pisang berbuah dua kali, pantang
pemuda menikah dengan bekas istri orang, #nusukkโ begitulah kata Zai, โBesok,
berangkatlah dengan Kapal Van Der Wijck, aku akan membayar semua biaya
perjalananmu, maaf aku tidak bisa mengantarmu, Bang Muluk akan mengurusi
semuanyaโ Zai berlalu dengan beberapa lembar uang yang ia letak di meja dekat
perapian, sedang Hajati, berlemas lutut, lalu terduduk menangis terisak. #hmm,
penulis narik becak dulu deh, eh narik napas maksudnya
Tak mudah bagiku menerimamu lagi Hajati, aku hanya mengikuti apa yang kau
sampaikan dalam surat itu, bahwa aku harus melupakanmu, mengubur semua kenangan,
menganggap semua tak pernah terjadi, dan itulah yang aku lakukan Hajati, aku
lakukan permintaanmu, Hajati dan sekarang kau memintaku?, pantang pisang berbuah dua kali, pantang
pemuda menikah dengan bekas istri orang, #nusukkโ begitulah kata Zai, โBesok,
berangkatlah dengan Kapal Van Der Wijck, aku akan membayar semua biaya
perjalananmu, maaf aku tidak bisa mengantarmu, Bang Muluk akan mengurusi
semuanyaโ Zai berlalu dengan beberapa lembar uang yang ia letak di meja dekat
perapian, sedang Hajati, berlemas lutut, lalu terduduk menangis terisak. #hmm,
penulis narik becak dulu deh, eh narik napas maksudnya
Adegan Penutup yang โAPA?!โ
Ya adegan berikutnya semua bisa nebak dong? Hajati naik kapal, diikuti
lambaian saputangan putih para penumpang TKVW pagi itu, dan gak tahu kenapa,
semua penumpang janjian menggunakan sapu tangan putih untuk adegan lambaian
tangan dan tangan mereka gak lelah apa?, #wew #urusan mereka lah itu ya ๐
lambaian saputangan putih para penumpang TKVW pagi itu, dan gak tahu kenapa,
semua penumpang janjian menggunakan sapu tangan putih untuk adegan lambaian
tangan dan tangan mereka gak lelah apa?, #wew #urusan mereka lah itu ya ๐
Di atas kapal, Hajati dengan kedataran ekspresinya, tatapan matanya
yang kosong, ramai pun penumpang, tapi tetap saja dia merasa sendiri #kasian
Hajati T_T meski begitu batin Hajati terus berdialog, sepanjang perjalanan,
selembar foto Zai, tak terlepas digenggaman.
Tibalah detik-detik kapal tenggelam, eits sebelum itu, daku mau komen
dulu,kenapa banyak melibatkan pemain asing ya dalam film ini sebagai figuran? Biar
terkesan film internasional atau supaya apa? Apakah perseteruan
Belanda-Indonesia tidak menganggu kisah cinta dua sejoli ini, pada waktu itu,
1930-an, kenapa bumbu sejarah perjuangan Indonesia, tak ada sama sekali? Mungkin
karena mau menonjolkan kisah cintanya kali ya? Tapi tetaplah harus ada setting sejarah perjuangan Indonesia
yang menyertainya #lebih observasi sejarah aja kali ya Om Sutradara yang kurang
dalam film ini ๐
Kapal pun tenggelam, ya adalah efek komputerisasinya, mendekati efek
Titanic lah, mantap. Adegan Hajati tenggelam pun keren, heuheuheu, dialog batin
Hajati keren pas tenggelam itu ^_^ โBiarlah kematianku ini adalah menjadi
kematian dalam mengenangmuโ
Titanic lah, mantap. Adegan Hajati tenggelam pun keren, heuheuheu, dialog batin
Hajati keren pas tenggelam itu ^_^ โBiarlah kematianku ini adalah menjadi
kematian dalam mengenangmuโ
Pengisi Soundstrack, Nidji juga keren *_* lirik lagunya nendang dan
dukung banget dengan konten film, OST jagoan film TKVW adalah Sumpah dan Cinta
Matiku.
Cintanya
slalu abadi
Walau takdir tak pasti
Kau slalu dihati cinta matiku
Slama aku berdoa melayangkan cinta
Yang slalu kujaga
slalu abadi
Walau takdir tak pasti
Kau slalu dihati cinta matiku
Slama aku berdoa melayangkan cinta
Yang slalu kujaga
Dan, aku menunggu kapanlah lampu tulisan EXIT menyala, soalnya kan
Hajati dah tenggelam tu ๐ pasti habiskan filmnya, ternyata eh ternyata masih
nyambung. Kabar kapal tenggelam sampai di Zai, Zai panik. Zai menyusul Hajati
ke rumkit, berharap masih ada harapan. Well,
Finally I Found You. Disinilah adegan yang APA?! Itu bermula, mirip-mirip
adegan pas Fahri membimbing Maryam di detik-detik terakhirnya, tapi itu dalam
keadaan mereka sudah halal. (Ayat-Ayat Cinta)
Nah, loh, iki piye? Kenapa Zai
curi-curi dalam kesempatan ini, mana adat istiadat yang dijunjung tinggi? lebih
dari itu mana aturan agama tentang hubungan laki-laki dan perempuan yang belum
muhrim? Kenapa jadi terkesan mirip film drama romantis Barat yang berakhir
dengan kissing?
Dueaarrr, lagi-lagi ini hanya film, teman J tak banyak yang diharapkan dari film yang katanya
โdiadaptasiโ dari novel berjudul sama karya Ulama Buya Hamka. Ya, jadilah
penonton cerdas nan bijak, tak semua yang ditonton itu benar, tapi setiap yang
benar itu datangnya dari Allah, bila patah hati segera disembuhkan, karena biasanya orang yang luka hati jarang
mau bergegas mengobati, berlaku adillah dalam kehidupanmu #Mario Teguh wanna be
hihi, percayalah, luka hati yang terarah dan terorganisir bisa mengubah masa
depan, tentunya ke arah yang lebih baik dong ya, ingat, obat hati adala lima
perkara, sekali lagi, kapal boleh karam, tapi hati mestilah tetap kuat
berlayar.
24 Januari 2014, 01.59 WIB
Salam Olahraga
2 Comments. Leave new
kalo cerita yang memang benar-benar dari novelnya, gak gitu kan? #malah penasaran sama novelnya
Ya, nggaklah dek, justru di novelnya lebih keren, mbak dulu punya tapi sekarang ntah dimana rimbanya, kalau dikau beli, mb titip yah *_*