Sepanjang tahun 2021 adalah tahun kesedihan buatku. Adik laki-lakiku nomor tiga meninggal. Si Adik adalah tulang punggung keluarga, pelindung mamak ayah, rajin membantu orangtua. Sejak aku menikah, keberadaan adik laki-laki nomor tiga sangat membuat hatiku tenang ketika harus berjauhan dengan orangtua.
Satu hal yang aku sesali dari kepergiannya bahwa aku jadi sadar kalau aku tidak banyak tahu tentang adikku ini. Sebelum meninggal, ia terkena PHK dari tempat bekerja karena masa covid, pada saat ia berupaya kembali melamar kerja disinilah ia banyak mengeluh sakit. Sejak saat itu kondisi kesehatannya terus menurun. Pada masa sulit tersebut ada banyak hal terungkap, ternyata ia terlilit pinjol. Selama ini merasa sanggup melunasi sebab masih bekerja.
Sebagai anak pertama, aku terpaksa pasang badan untuk melunasi pinjolnya, paling tidak untuk beberapa bulan yang tertunggak. Hal paling sedih dan bikin hatiku hancur melihatnya, kondisi adikku sudah tidak bisa berjalan, tiba-tiba lumpuh, ingatan juga mulai melemah, linglung. Beruntung aku baru menang lomba menulis dan uang hadiah lomba sangat pas dengan uang pinjol yang harus dibayar. Disini pertolongan Allah dekat sekali.
Singkat cerita, 3 bulan saja adikku bertahan dengan sakitnya yang mendadak. Sejak kepergiannya, semua berubah. Adikku ini ternyata suka menyambung silaturahmi, sifatnya yang periang mampu merekatkan keluarga kami sebagai kakak beradik dan para ipar, ia paling ingat tanggal ulang tahun kami dan selalu menyempat untuk merayakannya, mamak ayahku sayang banget sama adikku ini. Maka, saat ia meninggal, sampai sekarang mamak selalu menangis tiap kali mengenang adikku.
Al Fatihah ya Dik. InsyaAllah khusnul khotimah.
Kejadian berikutnya yang harus aku hadapi di tahun yang sama adalah kelakuan iparku yang luarbiasa persis kayak pemeran antagonis di drama stasiun tv ikan terbang. Selepas adikku meninggal, rumah orangtuaku ditempati oleh keluarga kecil adikku si bungsu. Mereka izin membangun kamar di area rumah orangtuaku yang masih cukup luas.
Ketika mereka tinggal disana, ternyata keberadaan mereka gak cocok dengan adikku yang nomor dua. Puncaknya, si bungsu kena kasus narkoba. Sikap iparku berubah drastis, dia memasang pertahanan diri di rumah orangtuaku dan merasa sendiri menghadapi kasus narkoba suaminya alias adikku yang bungsu, padahal orangtuaku juga dalam posisi yang sedih dan khawatir.
Sikap pertahanan diri yang keluarga iparku bangun adalah dengan membuat gak nyaman orangtuaku, bahkan ngamuk-ngamuk minta ganti uang bangunan dari kamar yang dia bikin di tanah orangtuaku. What?
Uang tersebut mau dipakai untuk menembus kasus narkoba adikku. Orangtuaku semakin sedih, belum lagi kondisi keuangan orangtuaku juga tidak baik-baik saja. Singkat cerita, karena keadaan semakin kacau, bahkan iparku sempat hampir mencelakakan orangtuaku di rumah sendiri. Maka, uang bangunan tersebut terpaksa kami ganti. Aku bingung sekali harus ganti pakai apa, karena nominalnya juga gede. Berkat pertolongan Allah, kami dapat uang pinjaman namun cuma setengah saja, berarti kurang setengah lagi. Aku kembali diminta untuk bantu mencari kekurangannya. Disinilah puncak kesal, sedih, kecewa jadi satu. Aku tidak tahu harus bagaimana.
Ketika dalam keadaan โga tahu harus gimana lagiโ ada beberapa hal yang aku lakukan saat itu agar tetap waras dan tidak begitu stress,
1.Menulis jurnal
Aku tumpahkan segala rasa lewat tulisan dalam jurnalku. Aku menangis sejadi-jadinya. Alhamdulillah sedikit lega.
2.Mendengarkan Ceramah
Aku merasa sudah sampai di titik pasrah, akhirnya mencari sesuatu yang membuat tenang yaitu mendengarkan ceramah. Qodarullah, Allah tuntun untuk mendengarkan ceramah Ustadz Muhammad Nuzul berjudul โPertolongan Allah Datang Sesuai Dengan Beban Ujianโ. Saat goyah, ceramah itu terus menerus aku dengar.
3. Berdoa Penuh Keyakinan Akan Terkabul
Manusia adalah makhluk paling benci diminta-mintain, sedangkan Allah paling senang jika hambanya selalu meminta, semakin menghamba semakin Allah cinta. Pada saat itu aku berdoa sungguh-sungguh agar dimampukan mengumpulkan sejumlah uang untuk mencukupkan mengganti uang bangunan.
4. Berupaya Sungguh-Sungguh
Betapa indahnya pertolongan Allah yang datang tepat waktu dan pas jumlah duitnya. Beberapa job menulis berupa dollar berdatangan, job menulis di blog, job endors, rezeki datang dari segala arah. MasyaAllah.
Tiba saat pembayaran, teringat masa 3 bulan lalu aku jungkir balik mencari uang yang diperlukan. Proses perhitungan uang, tanda tangan, materai, surat perjanjian, alhamdulillah selesai.
Usai deru mobil mereka berlalu, tangisku pecah seketika di bahu suami. Peristiwa itu membuat adikku memilih memutuskan hubungan darah denganku. Aku sudah dalam keadaan pasrah dan netral, sudah gak peduli dengan pilihannya memutuskan silaturahmi. Aku sudah memaafkan.
Terima kasih ya Allah.
4 Comments. Leave new
Masyaallah bun,, sesungguh sabar Dan ikhtiar jadikan pedoman,, kita sama2 dpt ujian,, tak seorang pun Allah biarkan kita sendiri dlm melewati ujian tsb. Saya jg sudah merasakannya.
iya makcik, sabar, sholat dan ikhtiar, serta berprasangka baik sama Allah itu kuncinya, dan jangan membenci makhluk tapi benci perilakunya, memaafkanlah
Gak mau ingat sejak tahun berapa hidup cuma mode survival aja mba Zee. Tapi tiap bulan selalu bilang “Ya Allah entah bagaimana caranya pertolonganMu . Aku ingin selalu lihat kebaikanMu dengan cara-cara yang tak pernah aku duga”
Alhamdulillah selalu. Selalu ditolong Allah bagaimanapun caranya.
Kadang Amazed.. kok Allah baik banget sama aku yang masih suka kufur.
Sampai detik ini memang belom pernah kecewa sama Allah.
Semoga kita semua selalu berada daoam lindungan-Nya