oleh: Zee
Minggu pagi (29 November 2009) disambut dengan guyuran hujan yang sederhana seolah mengingatkan kami para pengurus FLP Sumut periode 2007-2009 yang akan ber-LPJ ria hari ini bahwa hadapi dulu guyuran hujan baru kau akan melihat betapa indahnya pelangi. Ya, hari ini FLP Sumut akan mengadakan Musyawarah Wilayah atau Musywil (yang keberapa ya, duh daku lupa?), seperti apa jalannya Musywil kali ini, ikuti perjalanan saya (kayak acara reality show yg di tipi-tipi ya? Hehe).
“Wadaw mana ni orangnya?, yang baru nongol di rumcay cuma para pengurus FLP sama beberapa para anggota, namun para sesepuh FLP dan pembina FLP serta para undangan juga belum ada yang hadir”, dalam hatiku membatin, padahal diundangan acara mulai jam sembilan dan sekarang jam sudah melangkah ke pukul sepuluh (kayak tinggal di Indonesia aja, serba ngaret :p).
Tepat pukul setengah sebelas pun mau tak mau acara pembukaan dimulai. Walaupun dalam keadaan jumlah peserta yang cuma 17 orang dari beberapa puluh orang yang sudah mendaftar menjadi anggota FLP hehey. Tapi jumlah peserta pada musywil kali ini cukup menorh prestasi yang bagus dibanding jumlah peserta musywil dua tahun lalu.
Inti dari pembukaan musywil kali ini ada pada kata sambutan ketua FLP Sumut periode 2007-2009, beliau disana agak sedikit curhat, bahkan sempat mengeluarkan statement “hiks…hiks”, dalam pidato pembukaannya yang hanya berlangsung lebih kurang tujuh menit itu beliau menceritakan pengalaman saat berada di singgasana ketua FLP Sumut yang penuh suka dan duka. Pengalama suka yang beliau rasakan selama memimpin adalah suatu kemudahan yang diberikan Allah bahwa FLP Sumut sudah punya sekretariat yang tetap sehingga tidak perlu ber-nomaden ria lagi. Sedangkan dukanya adalah ditinggal pergi para anggota selama beliau memimpin (Bayangkan!!!, dalam setahun lebih kurang ada tiga anggota yang menikah dan harus ikut suami yang stay nya gak di Medan, weleh..weleh), belum lagi dengan kondisi anggota yang memang terdiri dari orang-orang hebat yang super duper sibuk, rata-rata jam terbang mereka tinggi,(ngalah-ngalahin jam terbang Gatot Kaca, di sana gunung di sini gunung di tengah-tengah pulau jawa…), sedihnya lagi sang ketua ditinggal pergi sama sekretarisnya sendiri, jadilah ketua kami ni single parent, overlapping tugas pun tak terhindarkan lagi, ketum merangkap sekum, ck…ck…ck. Eits…tunggu dulu Kisah Sedih di Hari Minggu-nya sang ketua harus ditukar dengan kisah happy ending dengan kedatangan Sekretaris Umum FLP Pusat mb Lia Octavia, beliau sedang berlibur lebaran haji ke Medan dan momen yang tepat untuk menculiknya dan membawanya ke Rumah Cahaya FLP Sumut hehe. Itula ya kan, orang yang diundang dari jauh-jauh hari malah tak datang, tapi orang yang tak direncanakan datang, malah datang, bahkan langsung didatangkan langsung dari Jakarta, Pusatnya FLP geto loh. Benar-benar hebat musywil kali ini, siapalah ketua panitianya? (yang pasti bukan hamba ^_^), berilah long standing aplause kepada Mb Selvi Rani (prok…prok…prok).
Mb Lia bilang dalam kunjungan dadakannya bahwa beliau bangga terhadap teman-teman FLP yang di cabang dan wialayah, mereka begitu militan (Alhamdulillah). Semoga dengan adanya filososi FLP yang berkarya, berbakti dan berarti dapat memacu semangat teman-teman untuk terus menulis dan berdakwah via tulisan.
Sebenarnya banyak yang mau ditanyakan ke Mb Lia, semisal Mb mana kartu anggota kami, mana SK kami…(lah, terakhir kenapa jadi Mb Lia yang kayaknay mau di LPJ ya wkwkwkw) tapi ya sudahlah, kedatangannya sebentar tapi berkesan di hati kami semua dan ditunggu kedatangan para penulis FLP dari luar pulau Sumatera :).
Tentang LPJ
Menurut jadwal yang telah disepakati dan telah diketok palu oleh pimpinan sidang semnetara yaitu Sdr. Anugrah Roby Syahputra, bahwa pembacaan dan pembahasan LPJ dimulai pukul 12.45. Inilah inti acara yang sebenarnya. Waktunya untuk pengadilan terbuka.
Berbicara tentang LPJ FLP, jika dirunut-runut dari FLP Pusat, wilayah sampai cabang tidak ada aturan baku tentang pembuatan LPJ. Malah sidang PJ FLP Pusat pada Munas Agustus lalu di Solo hanya empat lembar kuarto LPJ yang ditulis oleh Kangirfan dan berbentuk semacam esai. Yah, memang kita ketahui bahwa Kangirfan bukan seorang yang organisatoris tapi cenderung akademisi.
Akhirnya LP FLP Sumut yang terdiri dari 35 halaman ditambah beberapa lampiran yang cukup membuat tebal LPJ tersebut. Sebenarnya pun LPJ ini diadospi dari beberapa contoh LPJ FLP dari wialyah lain semacam FLP Riau. Itupun Kami sebagai pengurus merasa LPJ ini masih dirasa kurang lengkap, seperti tidak terlampirnya rekap karya anggota yang sudah terbit dibeberapa media selama beberapa kurun tahun terakhir. Barangkali jika hal itu direkap mungkin LPJ ini bisa mengalahkan ketebalan KUHP—Kitab Undang-Undang Hukum Pidana negara ini. Heheh.
Begitulah fenomena per-LPJ-an di FLP, ceritanya tiada akhir…
Dan LPJ kami pun disidangkan. Kali ini pimpinan sidang diketuai oleh Sitha Muriani dan sekretaris Selvi Rani. Diskusi yang terjadi cukup alot serta didukung oleh spesial efek dari sinar matahari siang menjelang sore yang juga turut memanaskan suasana. Umumnya dalam LPJ organisasi sering diwarnai dengan perang urat leher dan lempar-lemparan kursi, tapi lain halnya dalam LPJ kami ini, jangan harap ada kursi melayang, meja yang bolong-bolong karena digebrak sana-sini, urat leher yang membesar, tak kan ada hal itu semua, yang ada malah Musywil yang berlangsung aman, tentram dan damai serta teteuup tidak mengurangi kesakralan Musywil itu sendiri. Sesekali diselingi gelak tawa membahana seantero rumah cahaya, soalnya panitia Musywil kali ini turut mengundang Sule dan Aziz (percaya?, kalo percaya rukun iman para pembaca esaiku dikhawatirkan akan bertambah wkwkwkw).
Setelah gedebag,gedebug,olala,bla…bla…zzz…zzz, diputuskan bahwa LPJ FLP Sumut periode 2007-2009 DITERIMA (Alhamdulillah), TAPI…(inilah satu kata yang tidak ada penyedap rasanya, hambar) dengan syarat kekurangan LPJ ini dari yang sudah dibahas harap dilengkapi dalam jangka waktu dua minggu, tepatnya tanggal 13 Desember 2009. Alhamdulillah, usai sudah (belum usai, euy, perbaiki dulu LPJ-nya anak muda!)
Hawa Bintang
Memasuki puncak acara yakni pemilihan ketua umum FLP Sumut yang baru, suasana rumah cahaya semakin menggeliat, matahari senja turut mendramatisir suasana yang ada, syukurlah ada menu penutup yang disiapkan oleh panitia yang telah teruji konsep SIAGA-nya (siap antar jaga :)), yupz, panitia menyediakan potongan semangka yang cukup mencairkan suasana hati setiap peserta, karena ku tahu suasana hati mereka sedang gonjang ganjing menanti siapakan gerangan yang akan memegang tampuk kekuasaan berikutnya?. Semuanya penuh tanda tanya.
Keluarlah tiga nama kandidat yang cukup kuat, kredibilitasnya tidak diragukan lagi di dunia persilatan antara pena dan kertas, jam terbang mereka yang cukup tinggi hingga mengalahakan Gatot Koco. Here They are Sukma, Fadhli, dan seorang wanita yang sempat dinobatkan sebagai Ratu EYD (versi majalah Auzora—yang hampir jadi) dia adalah Winarti RG.
Mekanisme pemilihan diputuskan tidak dengan sistem voting tapi dengan sistem negosiasi antar ketiga anak mudanya. Sistem negosiasi berlangsung tertutup selama tujuh hari eh kebanyakan maksudnya selama tujuh menit.
Hari semakin twilight, negosiasi pun selesai, ketiga anak muda pun meuju ruang sidang dengan wajah petak-petak menandakan akan ada yang berbeda kali ini. Dan benarlah bahwa terpilihlah Winarti RG sebagai ketua umum FLP Sumut yang baru.
Dalam pidato perdananya sebagai ketua umum FLP Sumut yang baru beliau mneyatakan bahwa selama masa kepemimpinannya pertama sekali yang ingin beliau lakukan adalah membuat FLP Sumut yang berprestasi dan wadah yang menyenangkan serta merangkul teman-teman anggota untuk saling memahami satu sama lain dan juga menanamkan sense of belonging (rasa memiliki) terhadap FLP tercinta ke dalam diri para anggota. Penulis yang sedang merampungkan novel Bintang jilid II ini juga mengatakan bahwa “terimalah daku apa adanya, jangan ada apa-apanya”. Amiin…Amiin InsyaAllah FLP Sumut ke depan menjadi lebih…lebih…lebih…lebih baik lagi dan bisa lebih baik dalam berkarya, berbakti dan berarti.
FLP: Forum Lingkar Perempuan, hah?
Sepertinya FLP tahun ini dirajai oleh wanita-wanita super. Setelah Mb I-Je yang diamanahkan menjadi ketua umum FLP Pusat Agustus 2009 lalu, kali ini di Musywil FLP Sumut, Mb Win diamanahkan menjadi ketua umum FLP Sumut. Semoga dengan ini FLP tidak dianggap sebagai Forum Lingkar Perempuan , namun diharapkan dapat menghasilkan penulis perempuan, penyair perempuan yang tak kalah hebatnya dengan penulis pria.
Ternyata hawa Mb Win yang membungkus rumah cahaya pada MUSYWIL ini sudah terasa sejak dari perjalanan Indrapura menuju Rumah Cahaya pada Minggu, pada jejak-jejak irisan gerimis pagi itu. Empiwit..empiwit.
Bravo FLP ^_^.