Aaaarrrrgghhhhhโฆ..
Sebenarnya pengen
teriak di tepian Grand Canyon, tapi apalah daya tangan tak sampai. But, I
wanna share something to you all, malam tahun baru masehi 2012 lalu, seluruh
stasiun televise berlomba-lomba menayangkan film Box Office, termasuk film yang
akan saya bahas kali ini, The Pursuit of Happiness atau mengejar kebahagiaan. Actually,
film ini direkomendasikan kawan sebagai film yang must watch, oke,
sebagus apa sih filmnya. So, moviefreaker, salahsatu kesenangan saya adalah
menonton, dan lebih senang jika direkomendasikan, biar gak salah pilih, paling
tidak begitulah =D.
teriak di tepian Grand Canyon, tapi apalah daya tangan tak sampai. But, I
wanna share something to you all, malam tahun baru masehi 2012 lalu, seluruh
stasiun televise berlomba-lomba menayangkan film Box Office, termasuk film yang
akan saya bahas kali ini, The Pursuit of Happiness atau mengejar kebahagiaan. Actually,
film ini direkomendasikan kawan sebagai film yang must watch, oke,
sebagus apa sih filmnya. So, moviefreaker, salahsatu kesenangan saya adalah
menonton, dan lebih senang jika direkomendasikan, biar gak salah pilih, paling
tidak begitulah =D.
Alkisah, film yang
dibintangi Will Smith ini memerankan seorang pria yang menjalankan kisah titik
balik hidupnya. Christoper Gardner. Di awal adegan, hidupnya susaaah banget.
Pernah dengar istilah turning point? Atau diindonesiakan artinya titik
balik. Namanya juga titik balik, jika awal kita berada di titik aman, maka
titik balik dari aman, adalah tidak aman, begitu sebaliknya. Nah, Gardner
mendapat titik balik yang tidak aman dari hidupnya. Turning point seorang
Gardner bermula saat ia memutuskan untuk jadi seorang salesman Bone Density
scanner dan menginvestasikan tabungan keluarganya untuk membeli beberapa alat
ini, stock, untuk dijual kembali dengan keuntungan lumayan ke medical
center di San Fransisco. Namun sayangnya, kondisi ekonomi Amerika membuat
Gardner kesulitan menjual barang tersebut. Keuangan keluarga mulai tidak
stabil. Istrinya sampai harus bekerja double shift untuk memenuhi
kebutuhan keluarga, bahkan berefek pada kejiwaan istrinyaโbawaanya marah melulu
dan gak yakin dengan kemampuan suaminya. Lama kelamaan sang istri tidak
sanggup, dan pergi meninggalkan Gardner beserta anak laki-lakinya. Ia juga
harus merelakan apartemen dan mobilnya disita. Chris dan anaknya menggelandang.
dibintangi Will Smith ini memerankan seorang pria yang menjalankan kisah titik
balik hidupnya. Christoper Gardner. Di awal adegan, hidupnya susaaah banget.
Pernah dengar istilah turning point? Atau diindonesiakan artinya titik
balik. Namanya juga titik balik, jika awal kita berada di titik aman, maka
titik balik dari aman, adalah tidak aman, begitu sebaliknya. Nah, Gardner
mendapat titik balik yang tidak aman dari hidupnya. Turning point seorang
Gardner bermula saat ia memutuskan untuk jadi seorang salesman Bone Density
scanner dan menginvestasikan tabungan keluarganya untuk membeli beberapa alat
ini, stock, untuk dijual kembali dengan keuntungan lumayan ke medical
center di San Fransisco. Namun sayangnya, kondisi ekonomi Amerika membuat
Gardner kesulitan menjual barang tersebut. Keuangan keluarga mulai tidak
stabil. Istrinya sampai harus bekerja double shift untuk memenuhi
kebutuhan keluarga, bahkan berefek pada kejiwaan istrinyaโbawaanya marah melulu
dan gak yakin dengan kemampuan suaminya. Lama kelamaan sang istri tidak
sanggup, dan pergi meninggalkan Gardner beserta anak laki-lakinya. Ia juga
harus merelakan apartemen dan mobilnya disita. Chris dan anaknya menggelandang.
Ditengah-tengah cobaan
hidupnya, Chris berusaha memberikan yang terbaik buat anaknya, termasuk untuk
tidak membuat anak panik. Biasanya orangtua didera masalah berat seperti yang
dialami Chris, pelampiasannya adalah anak.
hidupnya, Chris berusaha memberikan yang terbaik buat anaknya, termasuk untuk
tidak membuat anak panik. Biasanya orangtua didera masalah berat seperti yang
dialami Chris, pelampiasannya adalah anak.
Musibah dan
Anak-anak
Anak-anak
Satu hal yang saya pelajari dalam film ini,
terlebih saat adegan Chris dan anaknya terlunta-lunta di ruang tunggu stasiun
kereta, bahwa Chris tetap memposisikan diri sebagai orangtua yang menganggap
anakโusia TKโadalah tidak mengerti apa-apa, sehingga dalam kondisi seperti itu,
Chris mengajar anaknya bermain peran, alat scanner yang selalu ia bawa
kemana-mana berubah jadi mesin waktu, dan Chris meminta anaknya untuk pura-pura
menekan salahsatu tombol agar bisa kembali ke masa lalu, sambil menutup mata,
Chris membuka matanya, dan beraksi seolah sedang di zaman dinosaurus, Chris pun
mengajak anaknya masuk ke salahsatu toilet stasiun yang ia ibaratkan Gua, sebab
T-Rex hendak menyerang mereka. Padahal itu semua adalah trik Chris agar mereka
bisa bermalam sejenak di toilet. Beh, jangan bayangkan toilet disana sama
dengan toilet stasiun yang ada di Medan, jauuuuuuuuuuuuhhh dah *monyong deh
mulut โuโ nya kepanjangan >o<*.
terlebih saat adegan Chris dan anaknya terlunta-lunta di ruang tunggu stasiun
kereta, bahwa Chris tetap memposisikan diri sebagai orangtua yang menganggap
anakโusia TKโadalah tidak mengerti apa-apa, sehingga dalam kondisi seperti itu,
Chris mengajar anaknya bermain peran, alat scanner yang selalu ia bawa
kemana-mana berubah jadi mesin waktu, dan Chris meminta anaknya untuk pura-pura
menekan salahsatu tombol agar bisa kembali ke masa lalu, sambil menutup mata,
Chris membuka matanya, dan beraksi seolah sedang di zaman dinosaurus, Chris pun
mengajak anaknya masuk ke salahsatu toilet stasiun yang ia ibaratkan Gua, sebab
T-Rex hendak menyerang mereka. Padahal itu semua adalah trik Chris agar mereka
bisa bermalam sejenak di toilet. Beh, jangan bayangkan toilet disana sama
dengan toilet stasiun yang ada di Medan, jauuuuuuuuuuuuhhh dah *monyong deh
mulut โuโ nya kepanjangan >o<*.
Toilet disana mah bersih, lebar lagi, Chris aja mpe
bela-belain nginep di toilet. Di adegan ini ni yang sedih *termehek-mehek*,
Chris matian-matian memberikan yang terbaik buat anaknya meski disaat tidak
berdaya sekalipun. Ia ingin anaknya hangat malam itu, sesekali toilet diperiksa
petugas keamanan, daripada ketauan Chris duduk di depan pintu, menahan pintu
toilet sedangkan tangan sebelah memangku anaknya yang tengah tertidur pulas.
bela-belain nginep di toilet. Di adegan ini ni yang sedih *termehek-mehek*,
Chris matian-matian memberikan yang terbaik buat anaknya meski disaat tidak
berdaya sekalipun. Ia ingin anaknya hangat malam itu, sesekali toilet diperiksa
petugas keamanan, daripada ketauan Chris duduk di depan pintu, menahan pintu
toilet sedangkan tangan sebelah memangku anaknya yang tengah tertidur pulas.
Hadehhhโฆgak kebayang deh dengan kejiwaan anak yang
menghadapi masalah keluarga seperti yang dialami Chris, gimana dengan anak-anak
yang lain ya yang mungkin memiliki masalah dalam keluarga yang berbeda-beda,
hanya orangtua berjiwa besar yang sanggup menjaga jiwa anaknya untuk tetap
stabil meski ortunya sedang dalam tidak stabil. LUARBIASA! Karena tidak ada yang
lebih menakutkan dari pada sebuah perasaan tidak berdaya untuk dapat memberikan
yang terbaik untuk anak! T_T *walaupun belum punya jadi ortu, tapi daku merasa
banget, bayangin aja pengen berikan yang terbaik, tapi gak bisa, pengen terjun
aja rasanya dari lantai berapa gitu*.
menghadapi masalah keluarga seperti yang dialami Chris, gimana dengan anak-anak
yang lain ya yang mungkin memiliki masalah dalam keluarga yang berbeda-beda,
hanya orangtua berjiwa besar yang sanggup menjaga jiwa anaknya untuk tetap
stabil meski ortunya sedang dalam tidak stabil. LUARBIASA! Karena tidak ada yang
lebih menakutkan dari pada sebuah perasaan tidak berdaya untuk dapat memberikan
yang terbaik untuk anak! T_T *walaupun belum punya jadi ortu, tapi daku merasa
banget, bayangin aja pengen berikan yang terbaik, tapi gak bisa, pengen terjun
aja rasanya dari lantai berapa gitu*.
This
is story of my lifeโฆHEHEHEH dalam tiap narasi filmnya, Chris selalu memulai dengan jargon
tersebut. Kisahnya pun berlanjut disalah
satu parkiran sebuah gedung di San Fransisco, ia melihat begitu
banyak muka-muka bahagia yang keluar dari gedung tersebut. Sebuah ekspresi yang
rasanya menjadi sesuatu yang mewah bagi dirinya disaat itu. Dan tiba-tiba dia
melihat seseorang tengah keluar dari sebuah Mobil Ferrari yang diparkir tepat
disebelahnya. Decak kagum Gardner bukanlah pada mobil tersebut, namun bagaimana
orang itu mendapatkannya. Dia bertanya โWow, I gotta ask you two questions.
What do you do? And how do you do that? Sebuah moment yang hingga akhirnya
menjadikan pria ini seorang stockbroker dengan penghasilan USD 80.000
per bulan.
is story of my lifeโฆHEHEHEH dalam tiap narasi filmnya, Chris selalu memulai dengan jargon
tersebut. Kisahnya pun berlanjut disalah
satu parkiran sebuah gedung di San Fransisco, ia melihat begitu
banyak muka-muka bahagia yang keluar dari gedung tersebut. Sebuah ekspresi yang
rasanya menjadi sesuatu yang mewah bagi dirinya disaat itu. Dan tiba-tiba dia
melihat seseorang tengah keluar dari sebuah Mobil Ferrari yang diparkir tepat
disebelahnya. Decak kagum Gardner bukanlah pada mobil tersebut, namun bagaimana
orang itu mendapatkannya. Dia bertanya โWow, I gotta ask you two questions.
What do you do? And how do you do that? Sebuah moment yang hingga akhirnya
menjadikan pria ini seorang stockbroker dengan penghasilan USD 80.000
per bulan.
Perlahan tapi pasti, Chris pun mencari tahu
perusahaan stockbroker tersebut dan menjadi bagian di dalamnya, kembali ia
menemukan turning point nya.
perusahaan stockbroker tersebut dan menjadi bagian di dalamnya, kembali ia
menemukan turning point nya.
Hoh, dibagian-bagian akhir film yang buat saya
makin paham dengan apa makna kalimat going the extra miles, berusaha di atas rata-rata. Chris, terus dan terus
berusaha menjadi magang-ers yang rajin di perusahaan itu, orang makan siang di
jam makan siang, eh dia mah menghematnya dengan berlaku multitasking makan
sambil kerja, begitu tiap hari, sore hari, Chris dan anaknya mengejar bus untuk
tiba di tempat penampungan, kek semacam rumah singgah sementara gitu, hanya
saja pake ngantri dan kalo lewat jam 5 aja, alamat jadi gelandangan lah malam
itu. Wuihโฆmemotivasi banget dah film ini. Apapun ceritanya, kebahagiaan itu memang
harus dikejar.
makin paham dengan apa makna kalimat going the extra miles, berusaha di atas rata-rata. Chris, terus dan terus
berusaha menjadi magang-ers yang rajin di perusahaan itu, orang makan siang di
jam makan siang, eh dia mah menghematnya dengan berlaku multitasking makan
sambil kerja, begitu tiap hari, sore hari, Chris dan anaknya mengejar bus untuk
tiba di tempat penampungan, kek semacam rumah singgah sementara gitu, hanya
saja pake ngantri dan kalo lewat jam 5 aja, alamat jadi gelandangan lah malam
itu. Wuihโฆmemotivasi banget dah film ini. Apapun ceritanya, kebahagiaan itu memang
harus dikejar.
Berdamai
dengan Our Turning Point
dengan Our Turning Point
Ichsan dalam blog-nya
menuliskan nasihat atasannya:
menuliskan nasihat atasannya:
โSetiap orang pasti akan melewati satu point
dimana dia akan menuju terus kebagian paling dasar dari hidupnya. Dan melewati
satu point lagi yang akan selalu menuju bagian teratas dari hidupnya. Tapi kita
hanya tidak tahu kapan dan dimana point tersebut berada.. Jadi jeli-jeli San
lah dalam melihat hidup iniโฆ karena hanya akan ada satu point yang anda akan
lewati.. jangan pernah pernah menyerah maupun lupa diri saat melewati cek point
anda!โ
dimana dia akan menuju terus kebagian paling dasar dari hidupnya. Dan melewati
satu point lagi yang akan selalu menuju bagian teratas dari hidupnya. Tapi kita
hanya tidak tahu kapan dan dimana point tersebut berada.. Jadi jeli-jeli San
lah dalam melihat hidup iniโฆ karena hanya akan ada satu point yang anda akan
lewati.. jangan pernah pernah menyerah maupun lupa diri saat melewati cek point
anda!โ
Dan Mungkin ada sedikit kemiripan
dengan pesan yang berusaha disampaikan oleh Chris Gardner dalam film ini.
Dimana dalam suatu kesempatan di film tersebut, Chistoperโs Son yang diperankan
oleh anak Will Smith sendiri menceritakan sebuah kisah lucu :
dengan pesan yang berusaha disampaikan oleh Chris Gardner dalam film ini.
Dimana dalam suatu kesempatan di film tersebut, Chistoperโs Son yang diperankan
oleh anak Will Smith sendiri menceritakan sebuah kisah lucu :
โThere was a man who
was drowning, and a boat came, and the man on the boat said โDo you need help?โ
and the man said โGod will save meโ. Then another boat came and he tried to
help him, but he said โGod will save meโ, then he drowned and went to Heaven.
Then the man told God, โGod, why didnโt you save me?โ and God said โI sent you
two boats, you dummy!โ
was drowning, and a boat came, and the man on the boat said โDo you need help?โ
and the man said โGod will save meโ. Then another boat came and he tried to
help him, but he said โGod will save meโ, then he drowned and went to Heaven.
Then the man told God, โGod, why didnโt you save me?โ and God said โI sent you
two boats, you dummy!โ
Intinya adalah Allah
menjadikan kondisi titik balik kita sebagai sebuah pertolonganNya, agar kita
menjadi lebih baik dari sebelumnya jika kita mampu menggali lebih dalam hikmah
apa dibalik kondisi turning point yang
Ia limpahkan pada kita. Jadi, jangan sia-siakan kondisi titik balik yang kamu
alami saat ini. Menjadi lebih kuat dan tabahlah! Insyallah #nasihat kepada diri
yang sedang melewati masa masa turning
point.
menjadikan kondisi titik balik kita sebagai sebuah pertolonganNya, agar kita
menjadi lebih baik dari sebelumnya jika kita mampu menggali lebih dalam hikmah
apa dibalik kondisi turning point yang
Ia limpahkan pada kita. Jadi, jangan sia-siakan kondisi titik balik yang kamu
alami saat ini. Menjadi lebih kuat dan tabahlah! Insyallah #nasihat kepada diri
yang sedang melewati masa masa turning
point.
Tidak ada sesuatu
musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa
yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.
Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. At-Taghaabun, 64: 11)
musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa
yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.
Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. At-Taghaabun, 64: 11)
Referensi:
http://ichsan.wordpress.com/2007/03/22/the-pursuit-of-happiness/