-ZeViT GrOW-
CeRiTa SePuTaR PosTuR TuBuH
Kepada : Zevit Grow
Alamat
Pengirim : Nurul Fauziah
Alamat : Jl. Bambu Kp. Durian No.5
No.Hp/ No.Tlp : 061-6615107 / 0852-6148-3012
OBSESI SEORANG PEMIMPI
Oleh: Nurul Fauziah
Ya Allah, tinggikanlah badan Nurul! Amiin.
Permintaan yang satu itu tidak pernah absent dari daftar doโa yang kuajukan setiap selesai sholat
Punya tinggi badan seperti peragawati atau seperti Miss Universe-lah paling tidak. Itulah obsesiku waktu masih duduk di bangku Tsanawiyah.
Bukan itu saja yang kulakukan, setiap kali aku berobat ke dokter saat aku sakit. Tujuan utamaku bukan duduk manis dan konsultasi apa penyakitku. Tapi, aku menuju kea lat pengukur tinggi badan. Aku cepat-cepat menempelkan punggungku pada alat yang terbuat dari besi pipih panjang seperti penggaris yang ditempelkan ke dinding kemudian ada alat pembatas tinggi yang bias naik turun. Streetโฆpembatas tinggi perlahan-lahan turun. Lama amat nyampenya diubun-ubun kepalaku.
โ150 cmโ, kata perawat yang mengawasi aku mengukur tinggi badan.
โDok, bisa tidak badan saya bertambah tinggi lagi?โ
โMasih bisa, karena kamu masih dalam masa pertumbuhan. Biasanya untuk anak perempuan, pertumbuhan tulangnya berhenti di usia dua puluh tahun.โ
โWaduh cepat sekaliโ, ujarku setengah tak percaya. โJadi, dok saya harus ngapain supaya bertambah tinggi?โ.
โYaโฆkamu harus makan-makanan yang bergizi, minum vitamin, atau dengan berenangโ.
โBERENANG?!โ
Seumur hidupkuโwaktu itu umurku 15 tahun, hanya tiga kali aku berenag. Pertama, saat merayakan ulangtahun kakak sepupu. Jadi, aku dan sekeluarga ditraktir berenang. Kedua, acara ulangtahun teman SD-kuโjuga ditraktir berenang. Dan terakhir, pergi renang rame-rame bareng sohib-sohib sejati, waktu itu BMM (Bayar Masing-Masing) alias tidak ditraktir.
Masa-masa sulit memulihkan rasa PD karena kurang tinggi, saat aku jadi pengurus OSIS di Aliyah kelas dua. Dimana aku harus berinteraksi dengan banyak orang, termasuk adik kelas yang kebanyakan lebih tinggi dari aku. Rasanya tidak pantas aku jadi kakak kelas. Bayangkan saja, tinggi badanku tidak bertambah-tambah sejak pengukuran yang kulakukan bersama dokter waktu itu. Lalu kalau dipikir-pikir kapan pantasnya menjadi kaka kelas hanya gara-gara tinggi badan yang tidak proposional?. Pertanyaan itu yang harus akui jawab supaya bangkit dari krisis ke-pede-an ku.
Kami ada
โYa, kepada saudari Nurul silakan berdiri dan sampaikan pertanyaan Anda,โkata Danu yang bertugas sebagai moderator mempersilakan diriku.
Aku pun berdiri dengan pede-nya dan berharap pertanyaanku sangat kritis dan sulit terjawab. Belum sempat aku bertanya, moderator ngomong lagi kepadaku dengan
โAnda yang ingin bertanya silakan berdiri, kenapa masih kelihatan duduk?โ.
Aku bingung pada moderator padahal aku
Tiba-tiba seisi kelas tertawa gaduh. Suasana diskusi yang tadinya dingin, kaku kayak gunung es di kutub utara, kini mencair.
Aku baru menyadari, kalau itu lelucon. Menghibur juga postur tubuhku ini, hua-ha-ha. Aku pun tersapu-sapu malu eh salah tersipu-sipu malu.