Kenapa ya kalau udah jadi mamak mamak banyak takutnya -_-“? Apalagi kalau udah ke dokter gigi. Ceritanya 5 Maret lalu, aku terpaksa harus ke dokter gigi.
Sudah lama geraham bawah sebelah kiriku berlobang parah. Tapi aku biarkan sampai Khalil selesai ASIX.
Akibatnya, sakit itu pun datang, denyutnya tiba-tiba tapi langsung ke kepala rasanya. Omakjang. Mau ke dokter gigi langganan eh lokasinya juaaauuuh dari rumah. Ku putuskan untuk meminta pada mamak tolong carikan dokter gigi.
Alhamdulillah ketemu, dokternya ibu ibu, ruamah lagi tapi ya itu tetep aja deg deg an. Sore itu aku cek kondisi gigi, udah gak sabar pokoknya ni gigi harus dicabut, ogah ditambal tambal lagi.
Setelah di tok tok, pakai alat terbuat Stainless Steel tapi gak tau gimana rupanya, soalnya aku mereeeem aja pas dicek Hehe.
Aw Aw
Sakit?
Ho’oh
Ok, Bu, sepertinya gak bisa kita cabut sekarang, karena masih sakit. Kalau ibu tetap mau dicabut, nanti ibu yang gak tahan bahkan ibu bisa pingsan
Lalu Bu Dokter menuju meja kerjanya dan aku pun turun dari kursi pasien, duduk mendengarkan penjelasan selanjutnya.
Kenapa Gigi yang Sakit Gak Boleh Dicabut?
Bu dokter yang kutaksir usianya mungkin sudah kepala 4 , berkacamata, dan berdandan ala ibu rumah tangga, dengan daster dan kerudung hitam instannya yang lebar, mengambil miniatur gigi dan menjelaskan padaku alasan gigi yang sakit gak boleh dicabut.
Jadi Bu, gigi yang sakit itu berarti bakteri jahatnya sedang bekerja, kalau dicabut kemungkinan sembuh akan sangat lama, bahkan bisa pendarahan. Tadi kondisi gusi ibu, saya lihat merah meradang.
Nah, ini saya kasih obat, 3 hari lagi ibu datang ya.
Tapi, dok saya kan sedang menyusui?
Gak apa ibu, ini dosisnya saya sesuaikan, paling nanti ASI nya ada rasa pahit pahit sedikit. Diminum rutin obatnya ya Bu, biar maksimal sembuhnya.
Ini obat apa aja Bu? Kulihat ada 3 macam obat, besar, sedang dan kecil semua berupa tablet.
Ada antibiotik, pereda sakitnya dan vitamin untuk gusi, Ibu.
Aku pun pulang. Selama 3 hari aku disiplin minum obat, walau berat. T_T. Aku berdoa semoga jangan sakit pas dicabut, minta ampun sama si Aa’, dan minta didoakan. Lebay? Iyaaa… Huhu atuuut Maaakk. Deg deg an.
Tiga hari kemudian, masih di deg deg an, aku minta Aa’ untuk nemenin, pokoknya temeeniiinn T_T.
Sampai di rumah Bu dokter gigi yang bernama lengkap Sukma Pala, sedang menyapu teras. Sedangkan suaminya tampak sedang menyemprot jalanan komplek depan rumahnya yang berdebu. Medan siang tadi cukup terik, menyisakan debu yang siap terbang kapan saja.
Oh, ibu, masuk Bu, masuk, duh saya belum berjilbab pula. Bu Sukma tergopoh gopoh masuk rumah. Semenit kemudian.
Aku masuk ke ruang praktek yang sejak. Aku cari si Aa’, ternyata masih melepaskan sandalnya.
“Langsung aja Bu” , Bu Sukma mempersilahkan ku untuk ready di kursi praktek, sejurus penglihatanku ada flat tv sedang menyala. Lumayanlah untuk mengurangi ketakutanku.
“Udah habis diminum obatnya, Bu?”, aku bilang aja udah, walau masih ada sisa obatnya hehe yang terpentingkan udah gak sakit lagi.
Tanpa berpanjang kalam. Bu Sukma memulai bedah kecil terhadap gigiku. Dikedua tangannya sudah tergenggam 2 alat. Gede gede, yang satu, alatnya seperti kunci Inggris untuk mencabut mur yang besar itu T_T.
Aku? Pasrah sambil zikir.
Sebelumnya gusiku disuntik bius. Melewati tahap ini awalnya juga menyeramkan.
“Bu, gak dibius semprot? ” tanyaku sesuai saran si Aa’. Temannya ada yang cabut gigi gak pake sakit karena dibius dengan cara disemprot pada bagian gusi yang giginya mau dicabut
“Gak Bu, bius semprot itu untuk anak anak. Kita pakai bius suntik, sakit sedikit kok kayak digigit semut hehe”
Jarum suntik gede itu perlahan menusuk ke gusiku ,pelan tapi pasti.
Sakit Bu?
Nnnggaak.
Bicaraku mulai sengau, soalnya ditanya dengan posisi mulut terbuka lueeeaaabbar.
Gak berapa lama, sesi suntik menyuntik kelar, yeay gak begitu sakit, Alhamdulillah
Tunggu aja ya! Kata Bu dokter sambil bersiap-siap untuk mencabut gigiku, dia terlihat sudah mulai memakai sarung tangan karet, dan menyiapkan alat-alatnya.
Udah kebas Bu? Tanyanya lagi
Aku hanya bisa mengangguk pasrah.
Bu dokter pun mulai melakukan tindakan terhadap gigiku yang sakit. Alat segede kunci inggris itu masuk ke dalam mulutku. Mengunci gigi, tangan kiri Bu dokter mencengkram rahangku erat, Bu dokter perlahan tapi pasti mencabut gigiku seperti ia mencabut pohon ubi tua dari akarnya. Saking kuatnya akar gigiku, isi otakku seolah ikut tercerabut. T_T, Alhamdulillahnya aku gak ngerasain sakit, hanya sakit diujung bibir kiri, karena ikut tertekan dengan alat pencabut gigi, ujungnya jadi sariawan deh haha.
Gak berapa lama, akhirnya gigiku berhasil dicabut, huhu terharu. Baru belakangan aku tahu, dulu si Aaโ pernah juga cabut gigi gerahamnya, saking kuatnya akar gigi geraham itu, sang dokter gigi cantik dan masih muda penghuni ruangan kesehatan gigi di puskesmas, sampai harus memanggil rekannya untuk memegang kepala si Aaโ yang lasak, haha. Bu dokterku ini, karena sudah berpengalaman dan tenaganya oke, gak perlu bantuan Aaโ untuk memegang kepalaku, hehe.
Setelah operasi kecil itu usai, aku langsung memeluk ibu itu, T_T dengan mulut bergumpal kapas pada gigi yang baru dicabut. Aku senang bukan main, betapa rasa sakit yang kutakutkan tidak ada sama sekali. Aku berterimakasih banyak-banyak padanya.
So, kalau mau cabut gigi tanpa rasa sakit, untuk warga Marelan dan sekitarnya, aku sarankan datang ke praktek ibu ini aja yah. Hehe.
Semoga bermanfaat.
3 Comments. Leave new
Kalau boleh tau berapa biaya pencabutan gigi gerhamamnya bu?
Aku lupa klo gak salah 150K mb
sekarang, berapa biaya cabut gigi geraham bu…????