Beberapa waktu lalu, saya menghadiri seminar kesehatan dengan topik “Protein Hewani Cegah Stunting dalam Tumbuh Kembang Anak” bersama, dr. Winra Pratita, M.Ked(Ped)., Sp.A(K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik di RSIA Murni Teguh Rosiva, Medan.
Ada banyak informasi yang saya dapatkan dan merasa beruntung bisa hadir membekali diri kembali dengan pengetahuan tentang cegah stunting, meskipun sudah memiliki 3 anak tapi tetap semangat belajar.
Dalam kesempatan tersebut dr. Winra menyampaikan tentang tema cegah stunting dengan runut, jelas dan mudah dipahami.
Idealnya gini jika ingin memiliki keturunan yang tangguh, cerdas gemilang dan tidak ada masalah kesehatan berarti itu dimulai dari masa kecil dan remaja si Ibu. Remaja putri sebagai calon ibu di masa depan seharusnya memiliki status gizi yang baik.
Kebiasaan baik dalam keluarga membentuk pribadi dan riwayat kesehatan calon Ibu. Ketika ia jadi istri dan Ibu, maka jadi istri dan Ibu yang sehat dan berdayalah sehingga dapat melahirkan generasi yang diharapkan.
Ada satu nasihat bagus banget untuk para Jomlo dari ulama, pakar parenting sekaligus penulis kitab Tarbiyatul Aulad ( Pendidikan Anak), Prof. Dr.Abdullah Nashih โUlwan, Pendidikan terhadap anak dilakukan jauh sebelum anak itu lahir, bahkan sebelum pernikahan itu terjadi. Memilih pasangan yang baik termasuk dalam proses mendidik anak.
Jadi, meskipun stunting menjadi isu dunia, namun dalam proses pencegahannya tetap ada di tangan masyarakat yang menjalaninya, mau mencegah stunting atau menderita stunting, tinggal pilih. Dimulai dari proses memilih calon Ibu untuk anak-anak kelak.
Balik lagi membahas pemaparan dr. Winra mengenai stunting.
Stunting Itu Apa?
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh ( growth faltering ) akibat dari akumulasi nutrisi yang tidak cukup dan berlangsung lama mulai dari masa hamil sampai anak usia 24 bulan atau dikenal dengan 1000 HPK. Keadaan gagal tumbuh ini semakin parah dengan tidak diimbangi upaya kejar tumbuh ( catch up ) yang memadai karena berbagai faktor termasuk minimnya kesadaran dan pengetahuan si Ibu.
Indikator yang dipakai untuk menentukan balita stunting yaitu berdasarkan tinggi badan menurut umur (TB/U) menurut standar WHO yang dikenal dengan sebutan child growth standard dengan kriteria stunting jika nilai z score TB/U <-2 Standar Deviasi (SD). Jika kesulitan menerjemahkan standar WHO ini, ibu dapat datang ke Posyandu terdekat agar dibantu dengan petugas kesehatan setempat sehingga stunting atau tidaknya anak dapat dideteksi dini dan dilakukan langkah-langkah intervensi yang tepat.
Satu informasi penting yang saya peroleh dalam seminar bersama dr. Winra adalah bahwa gangguan pertumbuhan dapat dimulai di usia 3 bulan. Saat mengetahui fakta ini saya langsung flashback mengingat proses saya mengasuh 3 anak, termasuk si bungsu yang kini berusia 4 bulan. Alhamdulillah, angka-angka pertumbuhannya dalam kriteria normal dan tidak ada masalah.
Pada jurnal J Agromedicine, Volume 5 tahun 1998 tentang Stunting, Faktor Risiko dan Pencegahannya menuliskan bahwa ternyata stunting dapat terjadi saat janin masih dalam kandungan dan baru kelihatan saat anak usia dua tahun.
Mengenal dan Menyadari Penyebab Stunting Sedari Dini Sebelum Anak Usia 2 Tahun
Pada saat sesi tanya jawab di acara seminar yang saya hadiri ada seorang ibu muda bertanya hal sederhana tapi saya sangat ingin tahu jawabannya. Pertanyaannya apakah stunting bisa disembuhkan? Jawaban dr. Winrar adalah bisa banget dengan syarat usia anak dibawah 2 tahun.
Mengapa? Ada apa dengan usia anak di bawah 2 tahun?
Masa usia anak di bawah 2 tahun disebut masa emas atau terkenal dengan sebutan golden age period karena ada 100 miliar sel pada otak anak yang siap menerima rangsangan sehingga masa ini membuat kecerdasan anak berkembang optimal. Masa emas terjadi pada 1000 HPK yang perhitungannya sejak anak berupa janin sampai kurang lebih 2 tahun.
Saking genting dan pentingnya Golden Age Period ini seorang DR.Dr. Ahmad Suryawan, SpA(K), menyarankan kepada keluarga muda yang mempunyai anak di bawah 2 tahun untuk menginvestasikan uang dalam bentuk makanan kaya nutrisi untuk perkembangan otak anak, sebab hanya dari nutrisi berlimpah dan cukup, otak anak dapat tumbuh maksimal.
โKan gak mungkin kita tuang susu ke otak anak?โ, begitu canda dokter yang akrab disapa Dokter Wawan. Kalau ingin tumbuh kembang anak optimal di masa emas tentu ada banyak upaya tak sekadar sibuk meminumkan anak berbagai merek susu pertumbuhan.
Kalau dr. Winrar memahamkan pentingnya intervensi petugas kesehatan terhadap anak yang menderita stunting di bawah 2 tahun adalah sebelum ubun-ubun di tengkorak kepala anak menutup. Jika ubun-ubun sudah menutup, maka dampak negatif stunting bisa berakhir permanen dalam diri anak seumur hidup bahkan bisa menurun lintas generasi.
Selanjutnya, Ibu mesti tahu penyebab stunting dengan begitu pada tahap berikutnya bisa dilakukan pencegahan lebih cepat. Menurut situs Paudpedia, ada 5 pemicu stunting:
1. Minimnya pengetahuan keluarga khususnya orang tua. Keadaan hidup terpisah dengan orang tua juga bisa memicu terjadinya stunting, baik peristiwa perceraian atau kematian sebab tidak ada lagi orang yang memperhatikan proses tumbuh kembang anak.
2. Kehamilan yang tidak dipersiapkan, tidak disadari atau terlambat menyadari. Ketidaktahuan ini membuat janin tidak memperoleh pemeriksaan yang cukup selama masa kehamilan sehingga ibu juga tidak tahu perkembangan janin dalam kandungan.
3. Kondisi calon Ibu dan Ibu. Poin ini sudah sedikit saya bahas diawal tulisan bahwa kondisi kesehatan dan gizi calon ibu sebelum dan ketika hamil serta setelah bersalin turut menyumbangkan pengaruh pada pertumbuhan janin dan risiko terjadinya stunting. Faktor lainnya pada ibu yang turut mempengaruhi adalah postur tubuh Ibu (pendek), jarak kehamilan yang sangat dekat, ibu yang masih usia remaja serta kurangnya asupan nutrisi pada masa kehamilan.
Usia ibu hamil yang terlalu muda atau dibawah usia 20 tahun berisiko lahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Bayi dengan kondisi tersebut memberi pengaruh sekitar 20% terhadap kemungkinan terjadinya stunting.
4. Kondisi bayi dan balita. Sejak bayi lahir pemberian nutrisi tentu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhannya termasuk risiko kejadian stunting. Proses IMD yang tak terlaksana, gagalnya pemberian ASI eksklusif, dan proses penyapihan dini bisa jadi faktor pemicu terjadinya stunting. Sedangkan pada masa MPASI juga bisa memicu terjadi stunting jika pemberiannya tidak adekuat, tidak tepat dan tidak aman.
5. Kondisi sosial ekonomi, sanitasi tempat tinggal juga bisa jadi faktor penyebab stunting. Kondisi ekonomi ini terkait kemampuan pemenuhan asupan gizi dan akses pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan balita. Sedangkan sanitasi dan keamanan pangan yang tidak mendukung pastinya dapat memperbesar risiko terjadinya penyakit infeksi seperti diare dan cacingan, tentu saja hal ini dapat mengganggu penyerapan nutrisi pada pencernaan anak yang berujung pada penurunan berat badan anak. Jika keadaan ini berlangsung lama dan tidak diiringi pemberian nutrisi yang cukup dalam proses penyembuhan, maka bisa menyebabkan stunting.
Solusi Stunting Demi Terwujudnya Indonesia Generasi Emas 2024
Pentingnya solusi stunting untuk diketahui orangtua khususnya para ibu, berikut saya lansir dari situs Genbest.id,
1. Segera perbaiki kondisi stunting sebelum usia 2 tahun, dan pastikan mendapat arahan dari praktisi tumbuh kembang anak dan intervensi petugas kesehatan serta disiplin penuh mengikuti tata laksananya agar mendapatkan hasil yang optimal
2. Upayakan pemberian ASI dan perbaiki proses pelekatan. Allah menciptakan ASI dengan segala kebaikannya, maka Ibu keras kepalalah dalam memberikan ASI kepada buah hati.
3. Beri olahan protein hewani pada masa MPASI. Indonesia kaya hasil alam yang juga kaya protein seperti susu kambing, telur, ikan dll.
4. Disiplin jadwal imunisasi. Imunisasi wajib dari pemerintah mestilah ditunaikan demi kesehatan jangka panjang si kecil
5. Perilaku Hidup Sehat dan Bersih. Kebersihan pangan dan sanitasi yang baik juga sangat mendukung cegah stunting, jadi mohon diupayakan lingkungan yang bersih ya Bu
6. Selalu menambah ilmu seputar kesehatan. Meneladani semangat Kartini adalah dengan punya kemauan kuat menuntut ilmu tentang kesehatan, pengasuhan, dan tumbuh kembang anak.
Semoga Indonesia bisa segera bebas stunting dan lahir generasi sehat, cerdas, kuat dan bahagia. Amin!
1 Comment. Leave new
Btw, kan Zee… Yang dikatakan Stunting ini apa cuma ke bagian tumbuh kembang anak yang badannya pendek aja? Ya memang gak selamanya yg pendek itu stunting ya kan. Maksudnya, apakah anak yang tinggi gak termasuk bisa dikatakan menderita stunting padahal secara perkembangan motorik, n kognitifnya tergolong rendah jika dibandingkan dengan usia tumbuh kembangnya?
Atau kalau misal kita runut balik dari masa kehamilan, memang ibu n bapaknya termasuk yang tinggi2 struktur tubuhnya, tapi ketika si ibu hamil si anak ini, bisa dikatakan nutrisinya gak terpenuhi, begitu juga setelah lahir hingga 2 tahun karena faktor ekonomi. Tapi si anak ya tetap aja tinggi badannya mengikuti orang tuanya. Hanya saja bisa dilihat dari kemampuan kognitif, motorik n tumbuh kembang lainnya yang terlihat ketinggalan jika dibandingkan dengan usia tumbuh kembangnya. Cuma tinggi badannya aja yg gak ada masalah. Nah itu gimana? Gak termasuk stunting? ๐คฃ