Bagi orangtua yang memiliki anak usia 13 sampai 15 tahun sudah dapat mempersiapkan program magang sebagai bekal anak memasuki dunia kerja. Dengan begitu, anak belajar mandiri dan bertanggung jawab.
Upaya orangtua dalam mencarikan anak pekerjaan di masa depan dianggap kurang efektif apalagi memanfaatkan koneksi atau orang dalam, perilaku ini justru merugikan anak dan dinilai tidak adil.
Ada cara yang cukup efektif dan mendidik menurut Psikolog Pendidikan Karina Adistiana bagi orangtua yang ingin mendukung anak menemukan pekerjaan dan mendampingi prosesnya.
5 Cara Orangtua Bantu Anak dalam Proses Mendapatkan Kerja
Berikut ada 5 cara yang dapat orangtua lakukan dalam membantu anak menikmati proses mendapatkan pekerjaan impian.
1. Orangtua berperan sebagai konsultan
Peran pertama yang dapat dilakukan orangtua adalah menjadi konsultan bagi anak, dapat dimulai dengan membantu memeriksa CV ( curriculum vitae) anak. Orangtua dapat memberikan opini terkait isi dan format CV dan meminta anak untuk praktek membuat CV yang menarik, selain itu orangtua juga dapat memberitahu anak mengenai surat lamaran kerja tulis tangan dan bahkan orangtua dapat meminta anak mempraktekan dengan menuliskannya langsung menggunakan tangan.
Dalam peran sebagai konsultan anak, agar lebih memudahkan, orangtua dapat memecahnya menjadi beberapa kegiatan dan pelatihan mini yang bisa diberikan kepada anak dari rumah.
Bila perlu membuat mitigasi atau skenario โwhat ifโ, bagaimana jika kamu ditolak? mau berapa lama menjalani proses mencari kerja jika tak kunjung diterima? apa rencana berikutnya jika memutuskan untuk rehat dari proses mencari kerja? dan skenario lainnya yang sebisa mungkin dijawab dengan detil, sehingga anak punya gambaran banyak rencana yang tak hanya ada di kepala tapi dalam bentuk tulisan yang dapat dibaca sewaktu-waktu.
2. Orangtua membantu anak mengembangkan kompetensi
Hal yang paling mendasar mempersiapkan anak memasuki dunia kerja sebenarnya adalah orangtua membantu anak dari awal dengan memberikan banyak pengalaman terhadap kemampuan yang dapat dikembangkan anak. Dengan begitu, anak punya berbagai pilihan dalam benaknya mengenai kompetensi apa yang benar-benar disukai dan dikuasai anak.
Setidaknya anak menguasai banyak kompetensi dengan begitu terbangun rasa percaya diri namun tidak juga membuatnya tinggi hati.
Zaman sekarang ada banyak akses terhadap upaya-upaya pengembangan diri, peningkatan value dan skil seperti ikut kursus, pelatihan atau program sertifikasi gratis. Orangtua pun dapat juga memberikan banyak pandangan tentang apa yang saat ini dibutuhkan oleh dunia, misal sesederhana kemampuan menguasai ilmu akuntansi sehingga memunculkan banyak kemudahan mengolah data sampai urusan mengelola gaji karyawan dengan software payroll.
3. Orangtua memberi wadah refleksi
Saat anak mengalami kegagalan, buntu atau tampak tidak bersemangat mencari kerja, orang tua dapat berperan aktif membantu dan menuntun anak untuk berefleksi.
Ruang refleksi tidak perlu terlalu kaku, dapat dimulai dengan diskusi santai terkait proses yang dilalui anak saat mencari kerja, wawancara, bagaimana anak menjawab pertanyaan, bagian mana yang perlu ditingkatkan.
Pendekatan seperti ini membuat anak merasa didukung penuh oleh orangtua tanpa ia merasa dihakimi dan dibiarkan sendiri melewati masa sulit, serta bila perlu beri ruang jeda, ajak anak membaca kembali catatan mitigasi dan skenario what if yang diawal proses telah ditulis, dengan begitu anak tak perlu terlalu larut dengan masa-masa demotivasinya.
4. Orangtua memahami batas-batas dalam membantu anak
Penting bagi orangtua, menurut psikolog pendidikan untuk mengetahui batasan dalam membantu. Kebanyakan orang tua sering gagal pada tahap ini, keinginan membantu justru tidak membuat anak belajar dari pengalaman.
Adapun bantuan tanpa batas yang dapat diberikan orangtua kepada anak adalah bombardir dengan doa-doa. tirakat orang tua, sehingga anak senantiasa terkepung dalam doa dan harapan baik yang dipanjatkan orang tua setiap hela nafas.
5. Orangtua tetap mendampingi apapun hasil dari proses yang dilalui anak
Jika anak tak jua menemukan dan mendapatkan pekerjaan, tentu anak bisa saja mengalami stress, galau dan merasa hal negatif lainnya. Nah, jadilah orangtua yang tetap mendampingi, beri anak kesempatan merasakan emosi tersebut untuk beberapa saat, bila perlu ajarkan anak mengelola perasaannya agar tidak berlarut dalam pusaran stress.
Katakan padanya, bahwa belum mendapat pekerjaan bukanlah akhir dari dunia, keep moving forward.
Selamat jadi coach, wahai orangtua!
Semoga bermanfaat!