Judul : Bodyguard Bawel
Penulis : Triani Retno A.
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : April, 2009
Halaman: 184 Halaman
Ternyata dalam novel ini bodyguard yang dimaksud dalam cerpen ini jauh dari kesan boyguard pada umumnya. Bayangkan jika ada bodyguard berjenis kelamin cewek terus kalau bicara memiliki kadar bawelnya sudah tingkat tinggi, akan seperti apa jadinya?
Alkisah ada cewek bernama lengkap Alea Nandhika atau yang sering dipanggil Lea atau juga bisa dipangggil Lele. Lea adalah siswi kelas XI SMA Pelita Ilmu Jakarta. Meskipun cewek, Lea lebih banyak berteman dengan cowok. Alasannya, bukan karena ia tomboy atau sok jago karena memegang sabuk hitam karate, tetapi lebih karena alasan praktis. Bergaul dengan sesama cewek terlalu banyak ngerumpi, gossip, dan iri-irian. Tetapi walaupun begitu Lea tidak segan menolong ketika Yola, sahabatnya, kebingungan mencari Adit.
Yugi, sahabat Lea, berniat menjodohkan Lea dengan Adit. Namun bagi Lea, Adit hanyalah cowok aneh yang akan membuat hidup jadi lebih susah. Menurut Yugi, Lea awet jomblo karena terlalu cerewet, bawel, galak dan hobi ngejar copet โbenar-benar cewek ganas, cocok jadi bodyguard, hobinya bukan hobi cewek lazim seperti memasak, tapi mengejar copet.
Suatu hari gara-gara mengejar copet, Lea bertemu dengan Gilang. Bagi Lea, Gilang adalah pangeran impiannya, dan ia langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Lea bahkan rela berubah demi cowok itu.
Berhasilkah Lea mendapatkan Gilang? Atau Lea malah jadian sama sahabatnya sendiri?
Sebenarnya kisah yang diangkat dalam novel remaja ini cukup sederhana, namun dikemas cukup apik oleh sang penulis yang punya nama pena Teera ini. Bahwa walaupun kita mencintai seseorang tapi kita tidak harus menjadi orang lain seperti apa yang diinginkan orang yang kita cintai itu, istilah kerennya just be your self.
Cukup menghilangkan stress ketika membaca novel ini karena dari kebawelan si Lea yang lumayan parah banyak kamus humor baru yang bikin ngakak. Selain itu, gaya kepenulisan novel ini cenderung lebih kepada dialog-dialog, seperti gaya kepenulisan Ernest Hemingwayโpenulis terkenal dunia, tidak ada deskripsi panjang lebar tentang perasaan dan pikiran para tokoh. Permainan emosi dan pergolakan batin seperti ketika Lea diteror dan difitnah juga ketika Lea jatuh cinta, hanya dapat diterka dari kalimat dan tindakan para tokohnya. Selain itu saking bawelnya si Lea seperti yang ditulis sang penulis, terkadang saya tidak paham inti dialog yang mau disampaikan Lea si tokoh utamanya itu apa. Memang terlalu bawel bin cerewet juga tidak bagus.
Membaca novel ini seperti serasa kembali ke masa-masa sekolah dulu, seperti kata almarhum Chrisye, tiada kisah paling indah, kisah kasih di sekolah. Selain itu novel ini pas banget dibaca sebagai pengisi waktu libur kamu.
Selamat Membaca