Malam Pertama seehhh...
Perjalanan
Berikutnya
Belajar
Sejarah Barus dari Sang Ahli
Angku
Habibuddin, begitu Kak Lia memanggil pamannya. Angku adalah pencatat sejarah
Barus yang masih hidup. Kamiโtim ekspedisi mendapatkan rekomendasi dari kak Lia
untuk mendengarkan sejarah Barus secara langsung dari sang Ahli.
Jam
21.00-23.30 adalah waktu yang tidak cukup untuk membahas sejarah Barus, kalau
dimatakuliahkan mungkin 8 sks baru selesai hahahaha, atau satu semester mungkin
lebih, waktu yang dibutuhkan untuk mencari tahu tentang Barus.
Barus itu
kecil-kecil cabe rawit, kecil memang kecamatannya tapi mengelilinginya tak
cukup sekejap mata =). Banyak lokasi yang wajib dikunjungi, salahsatunya Labu
Tuo, bekas pelabuhan internasional di masa kejayaannya.
Angku
dengan sabar melayani serbuan pertanyaan dari kami, bahkan sampai mengeluarkan
serbuk kapur barus asli dari batang pohon kapur barus. Wedewโฆaku yang sudah
terkantuk-kantuk menjadi menyala selebar-lebarnya mataku ini, agar tidak
ketinggalan melihat kapur barus yang asli dan mencium aromanya.
Aaarrrgghh..tajam kali aromanya, kalau kau pernah mencium aroma bubuk yang
ditabur untuk di kapas mayat? Nah, seperti itulah bau aslinya @_@. Tapi,
kawansโฆkalau kau tau, begh banyak betul manfaat kapur barus ini, selain
membantu menghilangkan aroma tidak sedap, dia juga berfungsi melegakan
tenggorokan kalau aromanya dihirup, konon katanya bahan inhaler pelega napas yang ada di apotik itu, esensialnya ya dari
aroma kapur barus, dan banyak lagi manfaat lainnya, search ato baca aja deh
bukunya. =).
Tidak
hanya itu, Angku juga mengeluarkan buku tentang Barus, yah Sejarah Barus dan
kapur barusnya sudah dibukukan, buku itu adalah hasil penelitian sejumlah
peneliti dari Eropa yang bekerjasama dengan Indonesia tentang sejarah Barus.
Kereeennn.