Toilet training merupakan salah satu tugas perkembangan anak usia dini yang harus orangtua perhatikan dan ajarkan pada si kecil. Beberapa balita dapat dengan cepat menguasai keterampilan ini, sementara balita lain bisa jadi perlu waktu panjang, kesabaran ekstra dan dukungan penuh dari orang tua.
Kemampuan mandiri BAK dan BAB di toilet tampaknya mudah bagi orang dewasa, namun tidak bagi si kecil. Selama proses latihan anak akan belajar mengoordinasikan fisik dan kognitifnya.
Ia harus membiasakan diri dengan bagian tubuh yang digunakan saat toilet training, lalu berupaya merasakan sensasi fisik dengan respon yang tepat saat hasrat BAK dan BAB itu datang, kemudian membayangkan apa yang mesti dilakukan, sampai pada tahap praktek ke kamar mandi yang kadang perlu tetap di tempat itu cukup lama untuk menuntaskan proses BAK dan BAB, belum lagi harus memproses ekspresi, ucapan dan perasaan orangtua yang mendampingi anak, semuanya bisa tampak rumit dan melelahkan.
Nah, agar proses latihan toilet training si kecil berlangsung minim drama, ada beberapa keterampilan yang harus dilatih orangtua kepada anak sebelum toilet training.
Persiapan Penting Proses Toilet Training, Stabilnya Emosi Orangtua
Sebelum membahas keterampilan yang harus dilatih kepada anak sebagai persiapan latihan toilet training, ada persiapan paling penting yang justru banyak diabaikan orangtua yaitu kesiapan emosi orangtua ketika menghadapi anak yang sedang latihan toilet training.
Orangtua sering tidak sadar bahwa pelatihan toilet training perlu waktu, tidak bisa dalam satu hari pelatihan anak langsung mandiri BAB dan BAK ke kamar mandi. Toilet training juga bukan masalh disiplin sehingga orangtua menghukum anak karena ompol atau BAB di celana.
Kunci keberhasilan toilet training anak menurut Psikolog Okina Fitriani dalam buku Enlightening Parenting: 6 Tahun Pertama Periode Penting adalah sabar, jangan malas, sabar dan jangan malas.
Jika orangtua sedang dalam keadaan emosi yang tidak baik-baik saja, boleh kok menunda toilet training atau jika dalam proses toilet training si kecil sedang sakit, tidak mengapa kalau latihannya jeda beberapa hari untuk kemudian mulai kembali di hari berikutnya. Intinya lakukan pelatihan toilet training dengan cara menyenangkan dan fokus pada kondisi anak.
Keterampilan yang Harus Balita Kuasai Agar Toilet Training Minim Drama
Sebenarnya ada beberapa kesiapan anak sebelum mulai toilet training yaitu kesiapan fisik, kesiapan mental, kesiapan psikologis dan kesiapan orangtua. Dalam tulisan ini akan membahas kesiapan fisik anak.
Berdasarkan situs paudpedia.kemdikbud ada 5 langkah yang dapat orangtua lakukan kepada anak agar lebih siap dalam proses toilet training,
1. Kenalan dengan lingkungan kamar mandi. Ada banyak jenis kamar mandi seperti WC jongkok dan WC duduk. Jika kamar mandi orang tua berupa WC Jongkok, maka latihan toilet training dapat mulai dari sini yaitu latihan jongkok, kemudian kenalkan alat-alat yang ada di kamar mandi baik secara fungsi dan cara memakainya.
Hal paling penting dari momen mengenalkan kamar mandi adalah kondisi toilet dan semua alat dalam posisi juga jangkauan yang aman untuk dicapai dan digunakan anak sehingga akan menumbuhkan rasa percaya diri pada anak bahwa ia bisa melakukannya.
Oiya beberapa anak mungkin ketakutan ke kamar mandi, orang tua dapat membantu mengurangi rasa takut anak dengan melibatkannya menempel hiasan di kamar mandi seperti stiker lucu, menggantungkan mainan tahan air di dinding, buat anak senyaman mungkin berada di kamar mandi.
2. Latih anak untuk jongkok dalam waktu beberapa menit jika di rumah menggunakan WC jongkok. Orangtua juga dapat memperlihatkan kepada anak cara jongkok di WC sehingga anak punya gambaran utuh bagaimana melakukannya.
3. Latih anak cara mengungkapkan keinginannya saat ada rasa BAK atau BAB. Orangtua dapat meminta anak untuk ucapkan kata โpipisโ jika ingin BAK dan โpupโ jika mau BAB.
4. Latih anak bagaimana membedakan rasa ingin BAK dan BAB. Jika orangtua kesulitan pada bagian ini, ada banyak buku mengenai toilet training yang membantu dalam mendeskripsikan keinginan BAK dan BAB dalam bahasa dan ilustrasi yang mudah dimengerti anak. Bagi orangtua yang muslim, sesi latihan ini dapat sekalian mengajarkan adab ke kamar mandi.
5. Latih anak untuk melepas dan memakai celana sendiri serta membersihkan bagian kemaluannya usai BAK dan BAB. Dalam proses ini orangtua dapat memberi anak celana dalam atau training pants lucu dan ada gambar karakter kesukaannya sehingga anak semakin semangat latihan toilet training.
Kelima latihan fisik di atas dapat dilakukan dengan cara menyenangkan, misalnya orang tua bisa buat sesi olahraga dengan memasukkan gerakan jongkok atau squat bersama anak, atau membaca buku tentang toilet training sebelum tidur malam,jadikan latihan-latihan tersebut bagian dari kegiatan si kecil sehari-hari. Lakukan kegiatan selama 15 menit berkualitas sudah cukup baik dan saat tiba praktik toilet training si kecil sudah tidak kaget lagi, orangtua pun dapat bersikap lebih santai dan fleksibel.
Di tengah-tengah sesi membentuk kesiapan jelang toilet training, orangtua dapat sekalian mencatat data dengan melakukan pengamatan perilaku anak saat akan BAK dan BAB. Pengamatan BAB lebih mudah dilakukan sebab hal ini tampak dari ekspresi anak, berbeda halnya dengan mengamati perilaku BAK. Umumnya untuk BAK lebih tampak muncul saat mau tidur malam dan bangun tidur di pagi hari.
Demikianlah 5 keterampilan yang harus dimiliki balita agar lebih siap melakukan latihan ke kamar mandi. Semoga dapat menginspirasi orang tua dan jangan lupa beri apresiasi kepada anak sekecil apapun pencapaian dalam proses yang telah ia lakukan.
Semoga bermanfaat!