Pengalaman berpuasa masa kecil pasti dimiliki semua orang. Dulu, aku sudah berpuasa penuh di usia 6 tahun, namun pencapaian aku ini tak mutlak mesti dialami anak laki-laki ku.
Aku cukup hati-hati sekali mengenalkan kegiatan puasa agar tidak menjadi kesan buruk pada Khalil. Jika lihat pencapaian anak lain, rasa iri pasti ada, namun setelah belajar ilmu pengasuhan, rasa tersebut tergerus seiring waktu, fokus pada menyelesaikan emosi aku sendiri terhadap ekspektasi besar yang muncul serta fokus pada anakku tentunya.
Usia 5 tahun, puasa baginya masih sangat asing, namun membuat penasaran. Ia berupaya puasa pada hari pertama tapi sampai jam 10 saja, hari berikutnya apakah dia berpuasa? Oh tentu tidak haha
Usia 6 tahun begitu, meski masih aneh, dia berusaha puasa. Dalam sebulan, usaha ia berpuasa hanya 3 kali dengan masa berbuka berbeda-beda, prestasi sekali saat ia berhasil berbuka di jam 2 siang.
Memasuki usia 7 tahun dan mulai sekolah. Alhamdulillah, Khalil sudah test drive puasa sekali di seminggu sebelum puasa Ramadan. Pada masa test drive itu, berkali-kali dia mengatakan bahwa ‘aku lapar’, ‘aku bosan’, wkwkw. MasyaAllah jika saja emosiku belum selesai bisa Pembaca bayangkan betapa kacau nya self talk negatif dalam kepala ini, semua rasa berpadu, terutama rasa kesal.
Maka ketika aku berada pada posisi tersebut, aku memilih respon untuk tersenyum dan melakukan disosiasi lalu mengatakan pada Khalil ‘iya nak, namanya berpuasa, ya pasti lapar, yuk kita main ini, yuk mandi dulu, yuk coba dibawa tidur, yuk…’ dan ide ide lain yang mengalihkan ia dari rasa lapar.
Jadi, kiat utama mendampingi anak puasa adalah selesaikan dulu emosi orangtua ya, dengan begitu jika kita tenang, maka anak akan mudah beradaptasi bahkan upaya untuk mencapai sebuah tujuan bisa diluar harapan, MasyaAllah ada banyak kejutan bahagia yang Allah beri.
6 Kiat Mengajak Anak Laki-Laki Usia 7 Tahun Agar Semangat Berpuasa
1. Sambut Ramadan dengan Semangat Besar
Kedatangan bulan mulia yaitu Ramadan adalah satu paket dengan kegiatan berpuasa. Maka, jelang usia 7 tahun dimana usia sudah mulai latihan berpuasa sebelum jatuh kewajiban di usia 10 atau baligh, bisa dimulai dengan upaya membuat anak senang dulu menyambut Ramadan.
Ceritakan hal-hal membahagiakan tentang Ramadan, apa saja untungnya bagi anak saat menjalani ibadah bulan Ramadan, dll. Kegiatan menyambut Ramadan sudah aku jalani saat usia Khalil 5 tahun, jika memiliki anak usia dibawah usia tersebut, MasyaAllah justru lebih bagus lagi. Ceritakan tentang indahnya Ramadan sesuai tahap perkembangan anak.
2. Catat Progress Anak
Sekarang mencatat progress puasa anak sangat mudah, ada banyak platform yang menyediakan program Ramadan sehingga orangtua hanya perlu mengikuti jadwal hari per hari, bahkan sepaket dengan bahan atau media belajarnya.
Salahsatu media belajar yang disediakan biasanya ada poster tracking ibadah. Nah, manfaatkan poster tersebut, tapi perlu di ingat bahwa jangan fokus pada berapa banyak stiker bintang yang berhasil diraih anak namun fokus lah pada upaya dan kejujurannya saat menjalani kegiatan demi kegiatan, beri apresiasi positif seperti pelukan, tepuk tangan, pujian efektif.
Evaluasi hari per hari dengan santai sambil bercerita sebelum tidur, hal tersebut pasti sangat menyenangkan bagi anak, bercerita dengan orangtua tentang kegiatan satu harian.
3. Hanya Apresiasi, Jangan Kritik
Hal yang perlu orang tua ingat dalam mendampingi anak berpuasa khususnya anak yang belum baligh dan belum ada kewajiban berpuasa, maka orangtua perlu banyak mengapresiasi upaya anak, pastikan tidak ada teguran ataupun sampai membandingkannya dengan anak lain ‘si A yang usianya lebih muda dari kamu udah bisa puasa penuh, kok kamu belum?’
4. Beri Hadiah Tanpa Dijanjikan
Perlukan anak yang berpuasa diiming-imingi hadiah agar lebih semangat? boleh banget, tapi tidak dijanjikan di awal sebab kita perlu membangun konsep cinta ibadah tanpa berharap apapun cukup ridho Allah, lagi pula jika semangat ibadah dijanjikan dengan hadiah kebendaan seringkali anak terdorong untuk berbohong. Jadi gimana dong?
Berilah anak hadiah sebagai reward upaya telah berpuasa, tak harus mahal bahkan apresiasi, pelukan dan tepukan dari orangtua yang tulus sudah jadi reward tak terkira bagi anak. Oiya, jadikan hadiah sebagai bonus yang tidak dijanjikan sebelumnya ya.
5. Tidak Melanjutkan Puasa Yang Putus Di Tengah Hari
Pernah ya dengar mindset bahwa anak yang belum bisa puasa full, tapi bisa puasa setengah hari, bahkan boleh lanjut lagi puasanya.
Hati-hati dengan mindset ini, khawatir menjadi belief. Dalam rukun puasa, bahwa puasa yang putus di tengah hari tidak dapat diteruskan kembali seperti anggapan atau sekadar jadi sebuah penyemangat agar anak yang ingin puasa namun belum sanggup puasa penuh supaya gak kecil hati.
Ketentuan Allah gak bisa tawar-menawarkan termasuk menyampaikan hal tersebut kepada anak, sampaikan saja rukun puasa yang sebenarnya kepada anak sesuai tahap usia.
Disinilah cobaan jika emosi orangtua belum selesai. Pencapaian anak berhasil puasa penuh atau tidak bukan untuk jadi bahan perbandingan dengan anak tetangga. Fokus lah pada pencapaian dan kejujuran dari usaha anak sendiri dengan begitu orangtua gak perlu stress.
Jika anak belum bisa puasa penuh, coba evaluasi. Evaluasi ke dalam diri sendiri, jangan-jangan ekspektasi orangtua yang bermasalah, tujuan membuat senang puasa justru jadi Kesan buruk sama anak, cek ricek lagi kondisi emosi kita. Kemudian cek kondisi anak, apa yang bisa kita lakukan agar anak dengan senang hati berpuasa tanpa harus dengan paksaan, cubitan, iming iming THR yang gede, dll.
Satu lagi, sampaikan juga pada anak bahwa saat kita berpuasa ada orang lain yang tidak berpuasa. Latih anak dengan menampilkan banyak skenario ‘what if’, bagaimana jika ada orang dewasa/anak kecil yang makan di depan dia, bagaimana jika anak tiba tiba gak sengaja makan karena lupa sedang puasa, dll. Skenario ini adalah bagian dari briefing and role playing atau BRP.
6. Siapkan Berbagai Kegiatan Anak Selama Ramadan
Pada poin nomor dua sudah aku sampaikan, namun jika mau buat kegiatan sendiri juga sangat baik.
Kalau aku, pastinya saat sahur, aku pilihkan menu yang padat energi dan meminta anak untuk banyak minum. Lalu, tidak tidur usai sahur atau sholat subuh. Alhamdulillah Khalil baru tidur siang di jam 11 bahkan di jam 2 siang.
Dengan begitu energi bisa lebih banyak tersimpan dan saat jelang magrib gak begitu lemas. Jika tidur usai sahur atau sholat subuh biasanya akan lemas menjalani hari puasa karena energi yang ada sudah dipakai diawal untuk tidur.
Kegiatan lainnya adalah menyetok bahan crafting, kemudian diselipkan kegiatan screen time kayak biasa, terus ambil satu atau dua kelas online. Namun karena Khalil sudah sekolah offline, aku gak jadwal kan lagi ambil kelas online.
7. Jadikan Momen Ramadan Sebagai Momen Untuk Menanamkan Habit Bersyukur
Ketika berbuka biasanya aku bertanya pada Khalil ‘bagaimana puasa hari ini nak?’, ‘apa yang kamu rasakan?’, tadi karena anaknya lagi mengunyah mie jadi aku cuma dapat jawaban berupa kepalan tangan pakai jempol dua hihi. Mantab.
Momen Ramadan adalah momen untuk senantiasa bersyukur pada Allah atas nikmat yang diberi, Allah lebih dekat bahkan dari urat leher kita sendiri, betapa saat berbuka eh makan dikit aja udah kenyang, dll.
MasyaAllah.
Semoga bermanfaat ya dan semangat dalam mendampingi anak cinta ibadah Ramadan!
2 Comments. Leave new
Dulu iyah juga diajarkan gitu kak, momen berpuasa karena kita islam. jadi gaada dijanjikan dari orangtua yang puasanya full akan diberi reward. saat masuk SD, kalau sanggup puasa, kalau enggak ya dipaksa sanggup hahaha. Aduh kangen banget riuhnya ramadhan saat masih kecil. Kalau sekarang udah sibuk banget rasanya ๐
Wah, mamanya keren. Aku suka bagian ini, “selesaikan dulu emosi orangtua ya”. Banyak orang tua yang tidak paham ini. Hanya tau berekspektasi. Jadi sering memaksa anak. Yang ada anak jadi stress dan kedepannya bisa jadi membenci puasa. Dianggap sebagai beban.