Seorang eksekutif direktur dari Greenpeace USA dan juga penulis buku The Story of Stuff pernah bilang begini,
there is no such thing as โawayโ. So, when we throw anything away, it must go somewhere.
Saat kita membuang sampah pada tempatnya, kita mengira bahwa masalah sudah selesai. Realitanya untuk beberapa bahan kemasan saja, membutuhkan waktu terurai hingga ratusan tahun.
Tempat Pembuangan Akhir pun juga bukan solusi, semakin tahun sampah yang ada semakin menggunung, fenomena inilah yang menggelisahkan pemuda bernama Nazamuddin Siregar dan membangun Bengkel Sampah pada 1 Maret 2021.
Bengkel Sampah, Ubah Sampah Jadi Rupiah Di Padang Sidempuan
Awal mula lahirnya Bengkel Sampah dari ide Nazamuddin Siregar seorang pemuda dari Desa Lembah Lubuk Raya, Kecamatan Angkola Barat yang pulang dari perantauan efek Covid-19 dan berdampak pada usaha Keripik Salak. Nazam merasa sampah rumah tangga menjadi penyumbang terbesar menumpuknya sampah di Padang Sidimpuan, apalagi di area TPA Batu Bola sudah seperti bukit sampah.
Selain karena keresahan Nazam terhadap kondisi lingkungan, alasan lain adalah meskipun pemkot menyediakan tong sampah khusus untuk memilah sampah, namun usaha masyarakat memilah sampah gak diapresiasi, ketika masuk ke truk sampah justru digabung, juga terinspirasi dari rekannya Abdul Latif Nasution yang telah lebih dulu membangun Startup Jual Beli Sampah bernama Kepul di Medan.
Berbekal ilmu dari perkuliahan di Jurusan Teknik Industri, UIN SUSKA, Riau, Nazam mantap membangun Bengkel Sampah. Dalam Podcast Dul Abdul, Nazam mengungkapkan tujuan berdirinya Bengkel Sampah yakni mengendalikan lonjakan sampah di TPA, mengedukasi masyarakat untuk memilah sampah, mengendalikan sampah plastik dan kertas.
Beberapa program sudah, telah dan akan dilaksanakan Bengkel Sampah seperti Donor Kertas di Bulan Ramadan, Beli Sembako Pakai Sampah, Bayar Tagihan Listrik dan Pulsa Pakai Sampah, serta Bayar SPP Pakai Sampah. Sejauh ini dengan program dan tagline Sampah-Ketemu-Cair membuat masyarakat bersemangat mengumpulkan sampah dan menjualnya ke Bengkel Sampah.
Memasuki tahun ketiga, kontribusi Bengkel Sampah untuk lingkungan di Padang Sidempuan lumayan membuahkan hasil,
Sekilas Tentang Padang Sidempuan, Kota Penghasil Salak Yang Sejuk dan Indah

sumber: liandamarta.com
Beberapa tahun silam aku pernah singgah di kota Padang Sidempuan, kotanya dingin dan sejuk serta masih dikelilingi perbukitan. Padang Sidempuan atau sering di singkat PSP merupakan kota terbesar di wilayah Tapanuli dan seluruh wilayahnya dikelilingi Kabupaten Tapanuli Selatan. Padang Sidempuan dikenal sebagai Kotak Salah sebab menjadi kawasan perkebunan Salak dengan salahsatu gunung utama bernama Gunung Lubukraya. Nah disini daerah kelahiran Nazamuddin Siregar.
Adapun penamaan Padang Sidempuan dalam Bahasa Batak Angkola artinya hamparan yang luas yang berada di tempat tinggi. Jika dari Medan, jarak ke Padang Sidempuan sekitar 386 km dengan waktu tempuh 12 jam memakai bus atau mobil.
Secara topografi wilayah Padang Sidempuan berupa lembah yang dikelilingi Bukit Barisan, jadi memang seindah dan sesejuk itu kotanya. Bagaimana jika kota indah ini pada akhirnya memiliki masalah sampah yang sulit dikendalikan? Duh, membayangkannya saja sudah sedih.
Cara Menjual Sampah Di Bengkel Sampah Untuk Masyarakat Padang Sidempuan dan Sekitarnya
Sampah yang diterima Bengkel Sampah masih berupa jenis anorganik dengan 33 spesifikasi dan harga perkilo yang sewaktu-waktu bisa berubah.
Setelah masyarakat memilah sampah dari rumah, bisa menghubungi admin Bengkel Sampah untuk dijemput 0821-6823-1808. Sekali lagi sampah yang dijemput adalah sampah yang sudah dipilah, selain memudahkan operator kebersihan juga menjaga keamanan operatornya dari risiko terluka terkena material sampah yang berbahaya saat mengangkut sampah.
Info lengkap mengenai Bengkel Sampah dapat diakses di www.bengkelsampah.com atau di Instagram: @bengkelsampah_
Berkat Sampah, Nazamuddin Meraih Apresiasi Satu Indonesia Award 2021
Sekilas mendengar nama Nazamuddin, aku pikir sudah bapak berumur ternyata masih muda banget, masyaAllah. Namun, sepak terjangnya untuk kebermanfaat masyarakat luar biasa berdampak.
Bengkel Sampah sudah masuk usia ketiga dan masih menebar manfaat. Beruntung Nazamuddin pernah meraih apresiasi di ajang Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Award yang merupakan wujud apresiasi Astra untuk generasi muda, baik individu juga kelompok yang punya jiwa pelopor dan melakukan perubahan untuk masyarakat sekitar di berbagai bidang seperti bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.
Berharap dengan adanya ajang apresiasi bergengsi ini semakin banyak pemuda yang memberikan dampak positif lebih besar dan kontribusi berkelanjutan pada upaya-upayanya membangun daerahnya.
Tidak mudah membangun bisnis dalam bidang Lingkungan. Jika uang jadi tujuan utama tentu sulit cepat jadi kaya dari sampah tapi aku suka dengan pola pikir Nazam,
โthe most important thing about waste recycling management is the change in mindset. Its not just about moneyโ
Pandangan yang sama juga disampaikan DK. Wardhani penulis buku Menuju Rumah Minim Sampah,
Jika masih dalam proses mengurangi, menolak dan berjuang untuk melepaskan diri dari berbagai jenis kemasan sekali pakai, semoga:
Menyampah dengan paham. Paham kalau diri ini masih menghasilkan sampah.
Menyampah dengan kesadaran. Sadar mana dan seberapa tempat sampah yang akan kita kirim ke tempat pembuangan akhir.
Menyampah dengan tanggung jawab. Sampahku tanggung jawabku, aku akan mengelola dan mengolahnya.
Meskipun sudah banyak pemuda yang membangun startup daur ulang sampah, bukan berarti kita bebas menyampah sebanyak-banyaknya tapi justru semakin bijak untuk tidak menciptakan sampah.
Nazamuddin sendiri berharap dengan adanya Bengkel Sampah, tidak ada lagi sampah di Padang Sidempuan. Semoga ya!
Sukses terus Nazam dan Bengkel Sampah!
#SemangatUntukHariIniDanMasaDepanIndonesia #KitaSATUIndonesia