Sampah, masih jadi PR yang tak kunjung selesai sampai hari ini. Di Medan sendiri, ada satu TPA namanya TPA Terjun yang menampung sampah dari 21 kecamatan. Setiap hari truk pengangkut sampah mondar-mandir ke lokasi yang sudah menampung sampah sejak tahun 1993, luas 14 ha, kini tinggi tumpukan telah mencapai 25 meter. Nah, melihat fakta tersebut, ada keinginan untuk berbuat sesuatu, karena sepertinya masalah ini bukan lagi kerja dari pemerintah kota semata, tapi sudah jadi tanggung jawab kita semua, sampahku tanggung jawabku.
Keinginanku untuk menjadi solusi dari masalah sampah yang ada di kotaku, ternyata sudah dimulai oleh seorang wanita di Tangerang Selatan, Banten, bernama Siti Salamah. Wanita berusia 34 tahun ini bersama rekannya mendirikan Waste Solution Hub yaitu platform penyedia solusi pengolahan sampah terintegrasi, tak hanya itu saja mereka juga mendampingi pemulung mulai dari pendidikan sampai pemberdayaan ekonomi.
Berawal dari Taman Maghrib Mengaji
Awalnya Siti mendirikan Rumah Pohon yang sebelumnya bernama Taman Maghrib Mengaji pada tahun 2015. Pada wadah tersebut Siti membantu anak pemulung memperoleh pendidikan nonformal dan spiritual yang pastinya berdampak baik pada karakter mereka juga.
Siti dan rekan-rekannya juga melakukan pengembangan masyarakat sekitar yakni membina para ibu pemulung supaya mampu mandiri dan berdaya. Menurut Siti, pemulung itu harus diberdayakan untuk mengubah stigma negatif dan menaikkan taraf hidup mereka.
Kemudian dengan kesungguha-n dan dedikasinya, tahun 2018, Siti dan rekan-rekannya membentuk Waste Solution Hub atau WasteHub sebagai penyedia solusi pengolahan sampah terintegrasi dan dalam programnya, WasteHub turut memberdayakan kaum marjinal khususnya pemulung untuk memperoleh pembinaan dan pekerjaan dengan penghasilan yang lebih layak.
Sistem Pengelolaan Sampah Ala Waste Solution Hub
Sekarang sudah banyak komunitas yang peduli dengan urusan sampah, tapi sepertinya harus lebih banyak lagi deh, mengingat gerakan ini harus massive agar semakin banyak yang aware. Hal unik apa yang membuat gerakan Waste Solution Hub berbeda?
Selama ini pemulung ambil sampah dari rumah lalu disetorkan ke lapak lalu dijual ke tempat besar dengan melewati empat sampai lima pengepul kakap. Waste Solution Hub hadir memotong proses tersebut dan membuatnya lebih singkat.
Sampah plastik umumnya dihargai Rp.2000 per kilogram, tapi di industri besar bisa dihargai Rp.5000 per kilogram, proses yang dipersingkat Waste Solution Hub sangat membantu pemulung dalam memperoleh penghasilan yang lebih baik sehingga para pemulung di Jurang Mangu Timur sangat bisa naik level dalam hal penghasilan dari menjual barang bekas.
Kini Waste Solution Hub telah mengedukasi lebih dari 23.435 orang dalam program-programnya. Jumlah sampah yang dikelola sudah mencapai 4.388 kilogram, dan jumlah pemulung yang telah diberdayakan lebih dari 1.222 orang di wilayah selatan. Semua program tersebut berjalan dengan melibatkan 171 sukarelawan.
Upaya Siti Salamah yang luarbiasa ini berhasil membawanya sebagai penerima apresiasi 12th SATU Indonesia Awards tingkat nasional untuk kategori Kelompok yang mewakili lima bidang sekaligus, ada kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan dan teknologi.
Semoga ide dan semangat Siti Salamah ini bisa menyebar di seluruh Indonesia dan perlahan secara bersama kita menyelesaikan permasalahan pengolahan sampah.