Empat belas tahun lalu ada sosok pemuda inspiratif yang sukses menggerakkan civitas sekolahnya untuk mengelola sampah bahkan sampai memenangkan penghargaan bergengsi Anugerah SATU Indonesia Award tahun 2010.
Nah, mari kita intip profil dan pengalaman hidupnya, sehingga bisa menginspirasi generasi mendatang agar melakukan hal serupa atau hal yang lebih keren lagi sebab untuk membangun Indonesia perlu tindakan bersama, berkarya dan berkelanjutan.
Sekilas Tentang Fakta Pengelolaan Sampah di Indonesia
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan pertambahan penduduk yang terus meningkat, pastinya juga diikuti dengan banyak tantangan serius salahsatunya masalah pengelolaan sampah.
Masalah sampah yang tidak dikelola dengan sungguh-sungguh seiring pertumbuhan ekonomi dan perubahan pola konsumsi masyarakat yang menggila serta berdampak pada banyaknya limbah yang dihasilkan tentu masalah sampah ini semakin sangat mendesak untuk segera diselesaikan.
Menurut data terbaru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), timbunan sampah di Indonesia sudah mencapai 69,7 ton sepanjang tahun 2023. Angka tersebut tak hanya berbicara mengenai volume sampah tapi juga gambaran betapa rumitnya tantangan yang dihadapi dalam mengelola limbah sampah di negara tercintah ini.
Hal yang lebih membuat cemas adalah dari total timbunan sampai di Indonesia, sekitar 33% tidak terkelola dengan baik skala nasional. Fakta ini menjelaskan sepertiga dari semua sampah di Indonesia berakhir di tempat yang tidak seharusnya seperti di sungai, laut dan tempat pembuangan akhir yang ilegal dan tetap saja tidak dikelola dengan semestinya.
Dari 69,7 ton sampah tadi, sekitar 60% berupa sampah yang berasal dari rumah tangga. Jenis sampah rumah tangga yang paling banyak adalah organik. Jika saja pengelolaan sampah di Indonesia bisa diatasi dari rumah ke rumah, mungkin setengah dari masalah sampah sudah bisa diatasi jauh lebih mudah.
Lalu, mulai darimana mengelola sampah rumah tangga? mulai dari mengedukasi masyarakat, salahsatunya lewat peran pemuda yang hatinya tergerak melakukan perubahan-perubahan kecil namun berdampak besar, seperti yang dilakukan Si Ratu Sampah Sekolah, Amilia Agustin.
Kiprah Ami โSi Ratu Sampah Sekolahโ: Berawal dari Guru Biologi di SMP yang Responsif
Amilia Agustin adalah mojang Bandung yang akrab disapa Ami, sejak SMA dijuluki Si Ratu Sampah Sekolah karena kepeduliannya terhadap problem sampah sekitar.
Berawal dari Ami yang tak sengaja melihat seorang kakek sedang makan namun tidak mencuci tangan terlebih dahulu bahkan si kakek makan dekat gerobak sampahnya yang penuh.
Peristiwa ironis tersebut langsung ia ceritakan kepada Bu Nia, Guru Biologi di SMP tempat Ami sekolah. Bu Nia juga mentor di Ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja ( KIR).
Beruntung Bu Nia merespon cepat cerita Ami dan menyarankan murid ekskul KIR untuk menyambangi Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPBB) yang fokus pada bidang pengomposan dan pemilahan sampah. Sejak saat itu Ami dan teman-teman ekskul KIR aktif belajar mengolah sampah di YPBB sampai akhirnya muncul gagasan membuat tempat pemilahan sampah organik dan anorganik.
Aksi pertama yang dilakukan Ami dan teman-teman usai rutin belajar di YPBB adalah menaruh kardus di tiap kelas sebagai wadah pilah sampah organik dan anorganik. Upaya tersebut tidak satsetsat berhasil apalagi dapat cemooh dari siswa lain. Lalu, pada momen MOS atau Masa Orientasi Sekolah, Ami memanfaatkannya untuk menggaungkan kampanye pilah sampah di sekolahnya.
Ami Bangun Bank Sampah di SMAN 11 Kota Bandung dan Upaya Mengedukasi Masyarakat Sekitar Sekolah
Aksi berikutnya pada tahun 2009 Ami dan teman-teman bersepakat membentuk subdivisi baru di ekskul KIR bidang pengelolaan sampah yang diberi nama โSekolah Bebas Sampahโ atau Go To Zero Waste School. Pelan tapi pasti, anggota subdivisi tersebut terus bertambah menjadi 10 orang. Ibu Nia sang pembimbing kerap mengajak murid untuk konsisten memperkenalkan program dari Go To Zero Waste School di berbagai acara di sekolah.
Bentuk aksi dari program Go To Zero Waste School, Ami membangun bank sampah di sekolahnya saat SMA bertepat di SMAN 11 Kota Bandung. Kegiatan Ami dan teman-teman yang progresif inilah yang membuatnya mendapatkan julukan si Ratu Sampah Sekolah. Oiya, Ami turut menggandeng sekolah lain, bahkan membina 4 sekolah negeri dalam mengelola sampah seperti SMP Alfacentaury, SMPN 48, SMPN 40 dan SMPN 50.
Kerennya lagi dari apa yang dilakukan Ami terhadap komitmennya peduli terhadap lingkungan adalah turut mengedukasi masyarakat sekitar sekolah dan menaikkan nilai ekonomi dan kewirausahaan dari program pengelolaan sampah yang ia geluti. Ami dan tim mengajak para ibu untuk membuat tas yang bahan dasarnya berupa sampah kemasan kopi. Tak berhenti disitu, Ami dan teman-teman turut memamerkan dan menjual produk daur ulang saat pembagian rapor dengan cara membuka stan.
Dampak dari aksi si Ratu Sampah Sekolah ini membawanya meraih penghargaan SATU Indonesia Award pada tahun 2010, sebuah penghargaan bergengsi yang digelar Astra terhadap semangat anak muda yang jadi pelopor dan melakukan perubahan serta berbagi kepada masyarakat sekitar di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan dan teknologi serta satu kategori kelompok yang dapat mewakili bidang-bidang tersebut.
yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat sekitarnya di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.
Semoga apa yang dilakukan Ami dan teman-temannya dalam aksi peduli lingkungan dapat menjadi inspirasi bagi pelajar lainnya.
Semoga bermanfaat!
Sumber tulisan:
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/10/20/menjawab-tantangan-sampah-global-peran-amilia-agustin-dalam-perubahan-lingkungan diakses pada 28 oktober 2024
https://www.indonesiana.id/read/148886/ami-si-ratu-sampah-di-sekolah diakses pada 28 Oktober 2024
https://www.liputan6.com/hot/read/5704909/masalah-sampah-di-indonesia-belum-terkendali-hasilkan-69-juta-ton-setiap-tahun diakses pada 28 Oktober 2024
https://www.instagram.com/agustinamilia/ diakses pada 28 Oktober 2024