Pertengahan November 2022 adalah masa kelabu bagi saya. Masa itu saya mengawal Ilmy, anak kedua saya yang berusia 2 tahun 4 bulan mengalami demam batuk. Demam batuk jadi penyakit yang wajar datang pada anak, namun ternyata sakit Ilmy saat itu berbeda dari sakit sebelumnya.
Pada hari anak saya demam, siangnya saya harus menghadiri acara menjadi narasumber. Jadwal tersebut tidak bisa saya batalkan. Terpaksa saya meninggalkan Ilmy dalam beberapa jam kedepan. Rasa khawatir seorang ibu memang tak pernah gagal ya. Jelang magrib, adik iparku melaporkan Ilmy kejang.
Kemudian baru terpikirkan bahwa di rumah tidak ada stok sirop obat anak untuk demam. Saya sengaja tidak menyetoknya, karena selama ini Ilmy menolak minum obat, akhirnya perawatan demam batuk dilakukan secara tradisional, mulai dari memakai air getah daun rambutan, balur tubuh pakai minyak kelapa, skin to skin, minum minyak kelapa untuk meredakan batuk.
Dalam perjalanan pulang, saya sempatkan singgah ke apotek untuk beli sirop obat anak. Lalu, sadar bahwa saat itu sedang marak berita mengenai sirop obat anak yang tercemar bahan pelarut berbahaya dan menyebabkan kasus Gagal Ginjal Akut Pada Anak ( GGAPA ) meningkat. Saya pun langsung googling informasi sirop obat anak aman. Ya Allah info yang saya dapat dari internet pun tidak banyak membantu, sungguh simpang siur. Rasa mau menangis. Ketika sampai apotek, saya pun meminta bantuan apoteker untuk memberikan saya sirop obat anak yang masih aman.
Setiba di rumah, Alhamdulillah Ilmy sudah tampak seperti biasa tapi masih demam. Sirop obat demam pun saya minumkan ke Ilmy. Hasilnya ya gitu, obat tidak terminum maksimal. Ilmy muntahkan. Malam hari sekitar jam 11, suhu tubuh Ilmy seakan normal, namun karena pakai termo tangan ya prediksi tidak akurat. Ternyata wajib punya termometer di rumah ya Bun. Qodarullah Ilmy kejang lagi.
Perasaan saya melihat bayi ini kejang sungguh campur aduk, tubuh lemah tak berdaya. Saya pikir ini akhir hidupnya. Dalam keadaan masih kejang, saya bangunkan suami. Saya secepatnya buka pintu pagar rumah agar Ilmy bisa dibawa langsung ke bidan terdekat. Sesampainya di rumah bidan, Ilmy belum sadar. Telapak kakinya mesti dicubit, dipukul-pukul, hidungnya diaromai alkohol, baru kemudian sadar dan tertidur. Setelah masa kritis itu lewat, bidan membawakan kami obat dalam bentuk serbuk yang nanti saat diminum mesti dilarutkan air.
Di rumah, rasa cemas masih menguasai, bagaimana jika kejang lagi, sanggup gak menghadapinya, belum lagi saya juga mulai drop sebab kurang tidur sejak beberapa hari lalu. Mau gak mau kami putuskan, Selasa pagi Ilmy rawat inap di rumah sakit. Inilah momen pertama kali anak kami rawat inap, sebelumnya kejadian tersebut sangat kami hindari. Melihat proses tangan Ilmy diinfus, ya Allah remuk hati saya. Malamnya saya pun ikut demam.
Perawatan di rumah sakit, khususnya pemberian obat, saya melihat mereka juga menghindari pemberian sirop obat anak, selain itu terlihat pula dari obat yang diberikan ketika Ilmy sudah dinyatakan sembuh.
Desember hari ke 21, demam kejang Ilmy berulang. Demam kali ini disertai mencret. Ilmy kembali dirawat inap. Lalu otak saya dipenuhi selftalk mulai dari yang buruk sampai yang menenangkan.
Perawatan Demam Anak Mengandalkan Obat Penurun Demam Tablet Yang Belum Tentu Higienis
Dua kali kejadian masuk rumah sakit karena demam tinggi lalu kejang, saya banyak belajar mengenai perawatan demam pada anak. Jika anak sudah demam 37,5 dercel dan punya riwayat kejang sebaiknya langsung berikan obat penurun panas. Lalu stok obat penurun demam yang dimasukkan dari dalam dubur.
Berhubung Ilmy sulit minum obat oral namun karena pengalaman rawat inap terdahulu dan saya tidak mau terjadi lagi. Maka, cara minum obatnya dengan sambil menonton video kesukaan Ilmy. Alhamdulillah berhasil.
Entah kenapa setelah saya pelajari pola demam Ilmy, demam terjadi seringnya di pertengahan atau jelang akhir bulan. Tiap kali demam, saya akan minumkan obat penurun demam yang sajian tablet dengan dosis perkiraan saya dan bisa jadi belum tentu terjaga kebersihannya serta rasa obat yang sangat pahit beda dengan sirup obat anak yang masih ada rasa manisnya.
Lalu, kapan berakhirnya drama sirop obat anak ini hingga dinyatakan aman kembali digunakan?
Awal Mula Sirop Obat Anak Diumumkan Berbahaya
Berita mengenai bahaya sirop obat anak saat itu tidak membuat saya panik seperti orangtua lainnya. Karena jika demam, anak-anak gak langsung minum obat. Khalil biasa demam hanya sehari saja, Ilmy tiga hari dan tidak ada kejang. Sejak kejadian kejam demam, barulah saya sibuk mencari informasi sirop obat anak yang aman.
Jadi, kabar diumumkan sirop obat anak berbahaya pada Oktober 2022 akibat dari meningkatnya kasus Gagal Ginjal Akut Pada Anak (GGAPA). Sepanjang September-Oktober 2022, kasusnya bertambah hingga ratusan mendekati angka 200, dialami oleh anak usia 1-5 tahun. Wah usia Ilmy juga kan dan pasti semua orangtua yang memiliki anak Balita pada khawatir.
Peristiwa tersebut membuat seluruh instansi dan organisasi terkait melakukan investigasi dan evaluasi ulang secara total sehingga dapat simpulan bahwa satu-satunya penyebab kasus GGAPA adalah karena adanya cemaran bahan pelarut Propilen Glikol (PG)/Propilen Etilen Glikol (PEG) yang diganti dengan Etilen Glikol (EG) / Dietilen Glikol (DEG) oleh satu oknum perusahaan supplier kimia
Gemes banget ada oknum jahat begini ya, efeknya pemberitaan yang masif mengenai kasus sirop pun masih bergulir dan meresahkan masyarakat termasuk saya. Dan ternyata konversi obat dari sirup menjadi resep bentuk puyer, secara higienis pun belum tentu masuk syarat kualitas obat yang baik,apalagi untuk anak.
Hasil Dialog Interaktif Kesehatan: Sirop Obat Aman Untuk Anak Yang Diadakan GPFI
Keresahan yang meluas di masyarakat mengenai penggunaan sirop obat untuk anak, maka penting banget bagi pihak terkait memberikan informasi akurat, pasti dan terpercaya, sehingga Dokter Spesialis Anak, Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia ( GPFI ) bersama dengan Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan ( BPOM), Ikatan Dokter Anak Indonesia ( IDAI ), Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) dan Pakar Farmakologi mengadakan acara Dialog Interaktif Kesehatan : Sirop Obat Aman Untuk Anak yang digelar di Royal Kuningan Hotel, Jakarta pada 21 Maret 2023.
Hadir sebagai pembicara ada Direktur Standardisasi Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor & Zat Adiktif (ONPPZA) dan Plt. Direktur Registrasi Obat, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Dra. Tri Asti Isnariani, Apt, M. Pharm yang memaparkan tentang proses BPOM dalam menangani kasus cemaran EG/DEG yang ditemukan dalam sirop obat sejak Oktober 2022, seperti intensifikasi surveilans mutu produk, penelusuran dan pemeriksaan terhadap sarana produksi dan distribusi, hingga memberikan sanksi administratif, kemudian melakukan verifikasi pemastian mutu terhadap sirop obat yang beredar.
Senang sekali dapat informasi tentang upaya totalitas dari BPOM ya karena sepenting itu merasa aman termasuk aman dalam penggunaan obat.
Oiya, saat ini informasi daftar produk sirop obat aman sudah dapat dilihat di website/sosmed BPOM https://www.pom.go.id/new/view/direct/klarifikasi_sirup_obat atau kanal publikasi resmi BPOM lainnya, jadi para nakes tak perlu ragu dan khawatir lagi.
Selanjutnya tentang kasus GGAPA ada Guru Besar farmakologi โ Farmasi Klinis, Institut Teknologi Bandung, Prof. apt. I Ketut Adnyana, Msi, Ph.D menjelaskan awal mulai kasus tersebut terjadi karena ada intoksikasi obat yang tercemar EG/DEG yang lewat ambang batas, seharusnya kadar 50%, oleh oknum kadar ED/DEG menjadi 90% dan berdampak luas, tapi GGAPA terjadi tak hanya karena konsumsi obat yang tercemar saja bisa jadi faktor lain seperti riwayat penyakit pasien, alergi obat, infeksi virus, status nutrisi ( dehidrasi ), obat, makanan, logam berat, dll.
Penjelasan Profesor I Ketut Adnyana didukung Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia, dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) bahwa GGAPA sudah ada sejak lama sehingga investigasi menyeluruh perlu dilakukan jika penyebab GGAPA terjadi hanya individual. Alhamdulillah fakta membuktikan hasil verifikasi ulang produk sirop obat oleh BPOM per Nopember 2022 sudah aman.
Kemudian Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia, apt. Noffrendi Roestram, S.Si turut curhat karena selama ini menjadi tempat keluh kesah masyarakat yang sulit dapatkan sirop obat dan betapa panjangnya proses memperoleh obat puyer. Hal ini saya rasakan saat mengantri obat di rumah sakit. Karena obat puyer mesti diracik manual belum lagi harus digerus. Sejak tidak ada lagi kasus GGAPA pada massal pada Desember lalu dan sudah BPOM buktikan keamanan sirop obat, maka masyarakat tak perlu khawatir dan sudah dapat membeli sirop pbat di apotek resmi, baik yang sesuai resep dokter atau pembelian obat bebas.
Oiya hadir pula momfluencer Mona Ratuliu yang kekhawatirannya mewakili orangtua di Indonesia mengenai isu sirop obat anak berbahaya.
Mari Sebarluaskan Seruan #SiropObatAman
Sebagai penutup acara yang dihadiri berbagai kalangan baik dari pemerintah, praktisi, akademisi, perwakilan perusahaan farmasi,ย brand ambassador, media, dan blogger, Ketua Umum GP Farmasi, Tirto Kusnadi menyimpulkan dua hal. Pertama, penyebab GGAPA individu terjadi karena faktor medis si penderita dan penyebab GGAPA berikutnya adalah yang massal sebab ditandai dengan terjadinya kasus dalam jumlah besar pada waktu bersamaan akibat adanya pencemaran.
Simpulan kedua, otoritas kesehatan berwenang telah menyatakan keamanan obat sirup lewat verifikasi ulang dan rilis informasi pada kanal resmi sehingga Dokter Spesialis Anak tak perlu ragu untuk meresepkan sirop obat kepada pasien, begitu juga masyarakat dapat menggunakan obat sirup dengan tetap sesuai aturan pakai.
Kepada anggota GP Farmasi Indonesia, Tirto mengingatkan agar senantiasa disiplin dalam Cara Pembuatan Obat Yang Benar (CPOB) dan Cara Distribusi Obat yang Benar (DOB).
Sekilas Tentang Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia ( GPFI )
Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) merupakan wadah komunikasi dan konsultasi antar sesama pelaku usaha farmasi dan antara perusahaan dengan pemerintah serta para pihak terkait tentang produksi, distribusi dan pelayanan obat. GPFI sudah berdiri 54 tahun lalu atau sejak 1969. Anggota GPFI sejumlah 150 produsen obat nasional, 1600 Pedagang oBat Farmasi (PBF ) dengan rincian 600 PBF nasional dan 1000 PBF lokal, dan lebih dari 20.000 apotek juga toko obat di Indonesia.
Keberhasilan anggota GPFI adalah secara volume telah memenuhi 90% kebutuhan obat nasional dan telah memproduksi 2000 item obat sirup serta puluhan ribu item obat sediaan lainnya.
Info lengkap mengenai GPFI, langsung aja follow :
Instagram GPFI
Pembaca Nufazee, meskipun sirop obat anak kini sudah aman, tetap rasional dan bijak dalam penggunaannya yah! Salam sehat!
3 Comments. Leave new
Memang ya mba zee, saat anak pertama dan kedua dulu saya begitu menghindari obat. Mau penurun panas sampe antibiotik. Ketika demam semua diusahakan secara herbal.
Yang ketiga begitu juga. Hingga akhirnya pas menjelang umur 5 dia kejang, baru stok obat penurun panas. Itu kali pertama ke rumah sakit dan memang merasa sedih seakan itulah akhir hidupnya.
Qadarullah sekarang kalo demam langsung cek termo, kalo demam meninggi langsung dikasih penurun panas. Kalo sampe kekurangan cairan karena selalu muntah udah adek gak ada feeling guilty lagi bawa anak ke UGD biar dapet cairan pengganti yang bener.
Biasanya, beberapa jam diinfus mulai ada perubahan.
Dan memang pas obat sirup dilarang agak susah memberi obat pada anak yang memang sulit minum obat. Sekarang udah tenang karena sudah dibolehkan kembali โค
Saat lagi heboh sirup obat yang tidak aman itu benar2 dibikin pusing sih, karena anakku udah terbiasa minum obat sirop penurun panas. Jadilah selama 2 bulanan kami memilih obat yg digerus sendiri dan dikasi air gula biar gak pahit kali dia minumnya. Tapi itu pun banyak dramanya :”(
Sebelum Ramadhan kemaren, ada ponakan yang keracunan obat sirup.
Sampai di rawat di Adam Malik.
Ginjalnya kena, padahal masih kecil.
Tapi Alhamdulillah sekarang sudah sembuh dan sudah pulang ke rumah.