– Dengan Kekuatan Sosial Media, Bantu Bertahan Lewati Pandemi –
Bismillah,
Assalamualaykum Pembaca Nufazee
Seorang pengarang dan jurnalis sains Daniel Goleman pernah mengatakan begini โPonsel pintar dan media sosial memperluas alam semesta kita. Kita dapat terhubung dengan orang lain atau mengumpulkan informasi dengan lebih mudah dan lebih cepat dari sebelumnyaโ.
Hayo jujur, saat beberapa waktu lalu mengalami Whatsapp down, Facebook dan Instagram juga kompakan down, warganet pada mencari infonya kemana? Yes, twitter, soalnya aku melakukan hal yang sama haha. Menurutku, sekarang platform Twitter adalah sumber informasi tercepat dan terlengkap setelah Google.
Selain Twitter, sosial media yang jadi favorit ada Whatsapp, Facebook dan Instagram. Nah, platform media sosial tersebut telah jadi bagian penting dalam penyebaran informasi, termasuk saat pandemi melanda Indonesia.
Maret 2020 menjadi bulan yang mengubah segala aspek kehidupan rakyat Indonesia sampai sekarang bersebab dilanda pandemi COVID-19. Namun, sebenarnya semua itu bisa kita sadari lebih awal, jika informasi mengenai COVID-19 yang diterima pemerintah tidak simpang siur.
Lekat sekali dalam ingatanku cuplikan berita yang mengutip komentar pejabat, bahwa COVID-19 hanya flu biasa, bahwa COVID-19 bakal gak sampai ke Indonesia karena Indonesia negara tropis yang membuat virus COVID-19 tidak bisa menyebar. Akibat misinformasi tersebut, akhirnya warga jadi abai, penyebaran virus yang masif pun tak bisa terelakkan lagi.
Tercatat sudah ada 4.218.142, kasus COVID-19dan 142.115 meninggal karena virus ini, belum lagi yang menderita sebab efek dari COVID-19 dll.
Keberadaan dan peran sosial media selama pandemi ibarat dua mata pisau. Jika alat ini digunakan secara bertanggungjawab tentu dapat bantu dengan cepat sebarkan informasi penting yang terbaru, temuan ilmiah yang relevan, informasi pengobatan, isoman, dan protokol kesehatan.
Melalui tulisan ini aku mau flashback bagaimana kekuatan sosial media, membantu kita bertahan melewati pandemi, supaya apa? supaya jadi pengingat bahwa kita pernah berada pada situasi yang sangat mencekam dan tidak enak selama pandemi begitu juga pastinya selalu ada rasa syukur yang tak henti kita baitkan setiap hari selama pandemi.
Sosial Media, Platform yang Mudah dan Murah, Namun Seperti Dua Mata Pisau
Akses mudah dan murah ke internet menjadikan platfrom sosial media, apakah itu Facebook, Instagram, Twitter atau Whatsapp, sebagai salah satu sumber informasi yang paling banyak digunakan di dunia.
Platform sosial media jadi alat dan cara termudah serta efektif untuk sebarkan informasi. Saat pertama dapat informasi virus corona yang berasal dari Wuhan, Cina, dalam hati sempat bergidik dan membatin โsemoga virusnya tidak sampai kesiniโ, kemudian beberapa hari kemudian menyaksikan foto-foto lockdown Wuhan seketika teringat film korea bertemakan zombie โTrain to Busanโ, โduh kok jadi begini?โ , selang beberapa bulan akhirnya kejadian juga di Indonesia.
Pemerintah pusat saat itu langsung gercep membuat website sebagai pusat informasi COVID-19yaitu https://covid19.go.id dan kemkes.go.id, berlanjut kepada dibentuknya pusat informasi COVID-19 di pemerintah daerah masing-masing.
Selain itu juga ada, situs https://kawalcovid19.id yang dibuat secara sukarela oleh netizen Indonesia yang pro-data. Di instagram juga begitu ada akun @pandemictalks yang rutin update info terbaru mengenai COVID-19.
Informasi COVID-19 terus di-update di berbagai media digital yang ada di Indonesia, seperti indozone.com.
Kalau sekarang, selain perkembangan informasi seputar COVID-19, sosial media juga gencar beritakan seputar penyebaran vaksin covid-19 kepada masyarakat agar tujuan herd immunity tercapai.
Manfaat Sosia Media Selama Pandemi
Platform sosial media selama pandemi pun telah bantu masyarakat awam untuk menjaga komunikasi dengan keluarga dan teman, untuk melewati kebosanan dalam menjalani masa isolasi, atau yang paling menyesakkan dimana sosial media sungguh sangat berguna adalah saat menyaksikan penguburan teman atau keluarga yang kalah dengan COVID-19 secara virtual.
Beberapa kali kita melewati puncak COVID-19, sosial media banyak berperan, terutama saat masa lockdown, banyak beredar video lucu dari orang kreatif yang kena lockdown seperti sempat viral menghitung biji wijen pada onde-onde, membantu tetangga isoman dengan kirimkan makanan, atau gotong royong berdonasi untuk bantu pengobatan seorang teman, sosial media juga bantu sampaikan ungkapan dan doa sembuh untuk teman-teman yang sakit, dan lain sebagainya.
Media sosial juga punya manfaat besar dari tersebarnya konten pendidikan. Ada satu workshop yang aku incar selama ini, saat pandemi, workshop tersebut digelar online dengan harga yang cukup terjangkau, kemudian entah berapa pelatihan-pelatihan online yang aku ikuti secara online, berkah pandemi.
Sebaran informasi yang cepat tentang tindakan pencegahan COVID-19 pun banyak beredar sehingga bantu masyarakat lebih aware. Berdasarkan studi yang dilakukan JMIR Public Health Surveill, Preventive Behaviors Conveyed on YouTube to Mitigate Transmission of COVID-19: Cross-Sectional Study, Basch dan tim mengevaluasi 100 video di YouTube yang paling banyak dilihat dengan pencarian โvirus coronaโ , pada 5 Maret 2020, sama-sama punya lebih dari 165 juta tampilan, sebesar 85% konten tersebut dimiliki saluran berita.
Ditemukan juga kurang dari โ dari video yang beredar berisikan tindakan pencegahan, kurang dari ยฝ video menyebutkan gejala yang paling sering, namun hampir 90% mengomentari tentang kematian, kecemasan dan status karantina.
Studi diatas membuat kita merenung bahwa kita kurang dalam menyebarkan informasi berkualitas mengenai pencegahan penularan dan gejala COVID-19 yang sering muncul di platform seperti YouTube.
Sedangkan dalam hal publikasi, sebaran literatur ilmiah di Facebook, Twitter, dll meningkat, terlihat dari jumlah unduhan. Tren tersebut udah gak diragukan lagi, secara informasi memang cepat kali tersebar di platform tersebut.
Bagi masyarakat, memanfaatkan sosial media, sebagai alat untuk berjualan online, membuat konten positif. Dari dunia pendidikan, banyak penerbit akademis membuat konten online gratis untuk dukung guru dan siswa di seluruh dunia dalam menjalani pembelajaran jarak jauh, lalu ada juga yang senang di bidang olahraga memulai saluran YouTube untuk memposting video bagaimana agar tetap bugar saat lockdown.
Oiya tak lupa, sosial media jadi sarana memviralkan orang-orang yang abai terhadap prokes.
Kekurangan Penggunaan Media Sosial
Diantara sekian banyak manfaat dari sosial media, tetap saja ada kekurangan yang gak bisa kita elakkan.
Kekurangan yang paling jelas dari sosial media adalah fake news atau beredarnya banyak hoax. Masalah ini menuntut warganet untuk lebih cerdas.
Diawal-awal pandemi, aku sempat terkena tsunami informasi mengenai COVID-19, yang buat aku pada akhirnya, memilih untuk cari informasi pada satu atau dua sumber yang valid saja, selebihnya memilih fokus mengerjakan hal lain, Tindakan itu aku lakukan demi menjaga dampak psikologis yang bakal aku alami jika aku terima semua informasi COVID-19tersebut.
Zorocostas J dalam artikelnya berjudul How to fight an infodemic menginformasikan bahwa hingga 30 April 2020, ada lebih 8000 makalah di situs PubMed dengan kata COVID-19, yang memberi tahu mengenai tsunami informasi hanya dalam waktu kurang dari 4 bulan sejak virus itu muncul di Wuhan, fenomena ini saking sebaran informasi seperti longsoran data, disebut juga Infodemia.
Melihat fakta tersebut, WHO kembangkan situs web-nya yang khusus dirancang untuk menghilangkan mitos virus corona.
Well, sekuat apapun media sosial, jika digunakan secara bijak dan bertanggungjawab memang sangat membantu sekali selama pandemi, namun sebisa mungkin jangan sampai berkontribusi pada infodemik dan ikutlah aturan penggunaan media sosial.
Ketika berbicara atau berkomentar di dunia maya ujar Psikolog Tika Bisono Anda harus berhati-hati saat berbicara, karena apa yang Anda ucapkan akan berdampak besar. Apalagi jika banyak teman di publik figur atau media sosial. Apa yang Anda katakan juga akan memengaruhi perusahaan, citra, dan status sosialnya.
Setuju banget dengan Psikolog Tika Bisono, kita gak tahu apakah komentar kita atau malah yang kita posting memicu seseorang untuk berbuat yang berlebihan seperti bunuh diri mungkin.
Dengan kekuatan sosial media ( teriakkan layaknya Sailormoon saat mau menghempaskan musuhnya yaaa haha)…aku akan Think Before Posting dan kawal terus program vaksinasi COVID-19 agar pandemi segera usai.
Semoga bermanfaat!